Kata Hamzah, disana tidak mengenal alat elektronik seperti televisi, sebab tidak ada akses aliran listrik untuk menghubungkan alat elektronik di wilayahnya itu. Hanya mengandalkan pelita seadanya.
“tidak ada televisi, kami tidak tahu kapan bisa menikmati aliran Listrik padahal selalu kami sampaikan ke pemerintah untuk dibantu, dan juga sudah menyurat tetapi belum ada realisasinya,” pungkasnya.
Ia pun mengaku, bahwa selain berharap pelita, warga yang tergolong mampu, mengandalkan tenaga surya, namun diakui itu sangat terbatasa sebab mengandalkan kondisi cuaca yang terik. “sementara kalau sekarang sudah masuk musim penghujan, itu tidak bisa lagi isi daya untuk panel tenaga surya, jadi tidak berfungsi,” bebernya.
Bahkan parahnya lagi disana saat khutbah jumat, Dimana sound system masjid mengandalkan tenaga surya, namun saat kehabisan daya, tiba-tiba khutbah terputus dilanjut tanpa pengeras suara, karena terbatasnya daya untuk pengisian panel tenaga surya.
“kalau habis dayanya tenaga surya itu langsung mati, tidak bisa lagi digunakan, jadi sangat terbatas kasihan kondisinya disini, padahal ada juga Masji dan sekolah PAUD untuk anak-anak, jadi memang sangat dibutuhkan aliran listrik dari PLN,” urainya.
Diakui juga bahwa, terakit dengan permohonan secara resmi sudah sering dilakukan oleh Pemerintah Desa Gattareng, namun belum ada tindaklanjut pemasangan sambungan baru bagi masayarakat di Desa Gattareng ini.
“pernah ada turun tim survey ketika kita sudh menyurat, tetapi begitu saja, tidak ada tindaklanjutnya sampai sekarang,” imbuhnya.