FAJAR, MAKASSAR — Pria bermental baja memang patas disematkan di Pundak Agam Rinjani. Bukan karena aksi heroiknya mengevakuasi korban Juliana Marins, melainkan perjalan hidup yang penuh liku dan tantangan.
Kisah hidup Agam Rinjani terkuak dari podcast Deddy Corbuzier. Ekspresi Deddy yang terus menggali latar belakang Agam kerap menjukkan ekspresi terkesima. Mendengar setiap kisah dan pengalaman Agam sebelum dikenal sebagai Agam Rinjani.
Dia berkisah jika memang dkirinya sempat bingung ketika lulus kuliah jurusan Antropologi Unhas. “Sarjana Antropologi itu susah dapat kerja. Mau kerja di bank juga muka pas-pasan gini,” kisah Agam.
Dari sana sudah ada niat Agam untuk merantau. Kebetulan juga seorang memintanya untuk memandunya ke Rinjani karena Agam memang punya pengalaman ke Rinjani tahun 2011. “Tahun 2016, ada yang telepon saya diminta ke sana,akhirnya saya ikut dan memandu,” katanya.
Kedatangan Agam ke sana seolah menuntunya pada takdir lain. Kedua kalinya ke Rinjani terjadi peristiwa seorang pendaki asal Palembang meninggal dan harus segera dievakuasi.
Agam yang berada di lokasi itu, jiwa kemanusiaan dan latar belakangnya sebagai kader Mapala langsung berinisiatif. Proses itu berlangsung dengan baik meski diselingi banyak tantangan. “Kita juga ada rasa takut, Namanya evakuasi mayat,” lanjut Agam.
Kisah Agam tak hanya sampai di situ. Dia memilih untuk tak ke Makassar dan memilih ke Bali. Hanya bermodal Rp10 ribu, Agam benar-benar nekat. “Saya sempat numpang di warung lalapan, kerja cuci piring, dak digaji tapi dikasi makan,” kenang Agam.