Namun, tantangan tetap ada. Ketimpangan digital antara kota dan desa, serta rendahnya literasi keuangan di kalangan pelaku UMKM dan masyarakat usia produktif, menghambat inklusi ekonomi. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu memperkuat program edukasi keuangan secara menyeluruh, termasuk pelatihan digitalisasi transaksi dan manajemen keuangan bagi masyarakat dan pelaku usaha lokal.
Solusi lain yang tidak kalah penting adalah membangun sinergi dengan pemerintah daerah dalam memperluas infrastruktur penunjang ekonomi digital. Termasuk di dalamnya penyediaan akses internet, layanan pembayaran digital dan perluasan cakupan sistem informasi harga secara real-time di pasar tradisional.
Peran Bank Indonesia juga sangat penting dalam menjaga ekspektasi inflasi. Upaya ini bisa diperkuat melalui diseminasi informasi ekonomi yang lebih aktif kepada masyarakat, termasuk melalui media sosial dan kanal digital populer yang menjangkau generasi muda. Hal ini sejalan dengan misi menciptakan smart citizen masyarakat yang sadar ekonomi, kritis terhadap kebijakan dan partisipatif dalam pembangunan.
Selain pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor jasa dan digital, Bank Indonesia juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Melalui kebijakan makroprudensial, BI memastikan bahwa perbankan nasional, termasuk yang beroperasi di Sulawesi Selatan tetap sehat dan mampu menyalurkan kredit secara berkelanjutan kepada sektor produktif. Hal ini menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata.