“Ketika petugas bimbingan ibadah memandu doa di Arafah dan mengatakan Arafah adalah doa yang mustajab, mereka sontak berdoa dengan menangis, merenungi dosa dan mensyukuri nikmat Allah. Di sini kita merasa sangat terharu,” ujar Yuni.
Usai wukuf, bus jemaah melaju pelan ke Muzdalifah untuk murur, sambil melantunkan doa-doa. Setelahnya, jemaah diantarkan kembali ke hotel transit dalam keadaan sehat. Untuk menyempurnakan ibadah jemaah, petugas ini diberia tugas untuk mewakilkan lontar jumrahnya dilanjutkan tawaf Ifadah.
“Setiap dari kita bertugas mewakilkan lontar jumrah 4-5 jemaah. Kita merasa senang sekali diberikan kepercayaan melayani mereka,” ungkapnya.
Suka duka dalam melayani jemaah safari wukuf yang harus siap siaga 24 jam menjadi kebanggaan bagi Yuni dan kawan-kawan. Namun ia berharap, jumlah jemaah safari wukuf ini akan bisa berkurang tahun depan.
“Semakin sedikit jemaah safari wukuf, akan semakin berhasil penyelenggaraan haji, karena lansia yang berhaji dalam keadaan sehat,” pungkas Yuni mengakhiri ceritanya. (sgenda)