“Akibat usilnya, kami harus mencari barang yang dibuang di tempat sampah tersebut dan dikembalikan ke pemiliknya,” cerita Yuni disambut gelak tawa tim MCH.
Nenek Rosidah ini super aktif. Walaupun berulang kali diingatkan oleh petugas, nenek Rosidah tidak pernah marah. “Kalau kami tegur, ia tidak marah, happy aja,” kata Yuni.
Selain sosok nenek Rosidah, nenek Maria, ada pula jemaah lainnya yang sehat tapi dimensia dan sering berpidato.
“Bapak ini mungkin dulunya seorang guru. Ada juga jemaah lainnya suka bacan ayat-ayat Al-qur’an. Ternyata jemaah ini adalah petani yang hafal Al-qur’an,” Yuni menuturkan.
Yuni mengatakan, petugas safari wukuf harus siap 24 jam melayani jemaah. Masing-masing petugas melayani lima jemaah dengan latar belakang yang berbeda.
Ia menjelaskan, setiap jemaah memiliki riwayat yang berbeda-beda. “Ada yang dimensia, kelainan jantung, paru-paru, tuna netra, dan lainnya. Sebagian jemaah mampu melakukan aktivitas sendiri, namun sebagian jemaah harus dibantu petugas untuk beraktivitas, seperti memandikan, menyeboki, mengganti popok, menggendong, memapah berjalan, menyuapi makanan, hingga mencucikan pakaian jemaah,” terang Yuni.
Yuni menjalani tugas tersebut dengan penuh suka. Baginya tak ada yang berat, karena ini adalah misi utamanya, yaitu melayani jemaah.
“Menjadi petugas haji adalah harapan semua orang. Selain bisa beribadah, yang paling utama adalah melayani jemaah, kalau haji itu bonus,” kata Yuni.
Untuk sebuah pelayanan yang optimal, ia dan ratusan petugas lainnya berupaya untuk memenuhi permintaan jemaah. Beberapa jemaah misalnya, meminta menu makanan khusus yang belum ada di menu makanan yang telah disiapkan.