Oleh: St Annis Hidayati, Mahasiswa angkatan 2024 Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM
Laruh ia di celah keterputusan,
Terperangkap dalam jeda yang tak bernama.
Resonansinya mematung di ambang makna,
Mengeja keberadaan yang tak sempat utuh
Sebab suara, kadang, hanyalah absurditas getar,
Menjuntai di antara yang hamper dan yang hampa
Nada yang tak rampung, baris yang tertahan,
Mengendap di tebing sunyi, terkatup dalam eklips purban
Betapa ia mencoba lahir,
Namun udara menolak menjadi rumah.
Melodi yang disulan di antara sela realitas,
Terserak sebelum sempat menyentuh pendengaran
Jemari gaib mengulur sia-sia,
Menggurut simfoni di langit terbuka,
Namun langit tak memberi gema,
Hanya rongga kosong yang terjalin pekat
Adakah ia benar ada,
Jika tak satu pun semesta mengakuinya?
Atau mungkin ia telah selesai menjadi,
Namun tersesat dalam arus takdir yang tak berpintu?
Maka ia pun luruh, diam-diam,
Menyelip ke dalam kesia-siaan yang peripurna,
Menjadi serakan nada yang tak sempat terdengar,
Menjadi lagu yang tak pernah ada
Makassar, 12 Maret 2025