English English Indonesian Indonesian
oleh

Daya Beli Menurun, Pelaku UMKM Makassar Terjepit

Selain itu, pendapatan riil masyarakat yang stagnan juga menjadi persoalan. “Kalau penghasilan tidak naik, tapi harga barang terus naik, daya beli otomatis melemah,” tambahnya.

Inflasi yang terus bergejolak dan fluktuasi harga barang juga membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

Wawan juga menyoroti beban biaya pendidikan dan kesehatan yang semakin meningkat. Alokasi dana rumah tangga yang besar untuk dua sektor ini membuat pos belanja lainnya harus ditekan.

“Ini membuat masyarakat makin sulit mengalokasikan dana untuk belanja produk UMKM, yang sering dianggap bukan prioritas utama,” imbuhnya.

Selain itu, peningkatan beban pajak dan tingginya utang rumah tangga juga turut mempersempit ruang gerak konsumsi.

Menurut Wawan, banyak keluarga yang saat ini terjebak dalam lingkaran hutang, sehingga sebagian besar pendapatan mereka habis untuk membayar cicilan.

Melihat kondisi ini, Wawan mendorong pemerintah agar tidak hanya fokus pada program yang bersifat seremonial. “Yang dibutuhkan pelaku UMKM adalah pendampingan serius.

Mulai dari pembinaan manajemen usaha, akses permodalan yang mudah, hingga strategi pemasaran yang tepat,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya stimulus ekonomi yang tepat sasaran, seperti subsidi bahan baku bagi UMKM, pelatihan keterampilan, serta insentif pajak.

“UMKM adalah tulang punggung ekonomi, jadi harus diperkuat dengan langkah konkret, bukan hanya seremoni,” ujarnya.

Di sisi lain, pelaku UMKM juga diimbau untuk terus berinovasi dan memperluas pasar. Menurut Wawan, strategi digitalisasi dan penguatan jejaring pasar menjadi salah satu cara agar usaha kecil bisa bertahan di tengah tantangan ekonomi. (wis)

News Feed