Peluang lebih besar datang ketika Sukma Jahe ikut serta dalam berbagai pameran dan program pembinaan UMKM. Berkat keikutsertaan dalam event yang diselenggarakan BRI bahkan Bank Indonesia mereka mulai dilirik oleh buyer luar negeri.
“Alhamdulillah, kemarin di AMBF 2024, kami berhasil menandatangani MoU dengan dua buyer dari Inggris dan India. Nilainya masing-masing USD5.000,” ungkap Rita dengan antusias.
Menjalankan usaha selama lebih dari 17 tahun tentu bukan hal yang mudah. Rita menghadapi berbagai tantangan mulai dari fluktuasi harga bahan baku, perubahan tren pasar, hingga tantangan dalam mempertahankan standar kualitas. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan pasokan jahe tetap tersedia sepanjang tahun.
“Dahulu kami sempat coba langsung ke petani, tapi sulit. Jahe bukan komoditas utama mereka, jadi seringkali mereka beralih ke tanaman lain. Akhirnya kami memilih bekerjasama dengan supplier agar lebih stabil,” jelasnya.
Selain itu, membangun merk di tengah gempuran produk instan lainnya juga menjadi tantangan tersendiri. Rita sadar bahwa keunggulan utama Sukma Jahe terletak pada kualitas bahan alami dan warisan tradisi yang tetap mereka jaga.
Dukungan dari berbagai pihak, terutama BRI, menjadi faktor penting dalam pertumbuhan Sukma Jahe. Melalui program pendampingan UMKM, Rita dan tim mendapatkan akses ke berbagai pelatihan bisnis, pameran nasional maupun internasional, serta kemudahan akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Kami sangat terbantu dengan program BRI, mulai dari pelatihan tentang branding, manajemen keuangan, hingga strategi pemasaran digital. Selain itu, keikutsertaan dalam berbagai pameran yang difasilitasi BRI membantu kami menjangkau pasar yang lebih luas,” ujar Rita.