English English Indonesian Indonesian
oleh

Menyatu dalam Rasa, Mengakar dalam Jiwa, Sukma Jahe Perkenalkan Saraba Mendunia

Saat mengurus izin PIRT, Rita dan timnya dihadapkan pada satu tantangan memilih nama merk. Dalam keterbatasan waktu, mereka mencari nama yang tidak hanya unik, tetapi juga memiliki makna mendalam.

“Apa yang bagus ya? Minum jahe ini kan rasanya merasuk ke dalam jiwa. Ah, Sukma Jahe!,” ucapnya.

Begitulah, nama itu lahir dari filosofi sederhana. Jahe yang merasuk ke dalam sukma, menghadirkan kehangatan dan energi bagi penikmatnya.

Tidak mudah membangun brand di tengah pasar yang sudah dipenuhi berbagai jenis minuman tradisional. Rita dan timnya memutuskan untuk tetap mempertahankan identitas lokal dengan tetap menggunakan nama Saraba, bukan sekadar menyebutnya sebagai wedang jahe atau bandrek.

Langkah ini membedakan Sukma Jahe dari produk serupa di luar Makassar. Selain itu, mereka juga memastikan kualitas bahan tetap terjaga. Hampir semua bahan baku, dari jahe hingga gula aren, berasal dari Sulsel, khususnya dari Bulukumba dan Soppeng. Mereka telah bermitra dengan kelompok tani lokal untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan pasokan.

Seperti kebanyakan usaha kecil, perjalanan Sukma Jahe tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar adalah pemasaran. Meski produk sudah diterima baik, distribusi yang lebih luas masih menjadi pekerjaan rumah.

“Sebenarnya sampai sekarang kami masih berjuang di pemasaran. Kita ingin lebih luas lagi, tapi effort-nya besar,” kata Rita.

Namun, dengan strategi yang tepat, Sukma Jahe kini telah hadir di berbagai toko oleh-oleh, retail modern, serta beberapa kota seperti Malang, Semarang, Jakarta, bahkan Papua. Produksi mereka kini mencapai 25.000 sachet per bulan, atau sekitar 5.000 boks.

News Feed