“Kalau simpan uang tunai, pasti habis. Tapi kalau emas, bisa disimpan dan digadaikan lagi kalau butuh modal. Saya sudah lakukan ini bertahun-tahun,” katanya sambil tersenyum.
Bagi sebagian orang, Ramadan adalah bulan penuh berkah dalam bentuk ibadah. Bagi Asmawati, Ramadan juga merupakan musim panen rezeki yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Di balik kesibukannya menyajikan jajanan berbuka, ada perencanaan matang dan strategi investasi yang membuatnya tetap bertahan dan berkembang.
Tak banyak orang di sekitarnya yang memahami strategi finansial ini. Beberapa rekannya sesama pedagang lebih memilih menyimpan keuntungan dalam bentuk uang tunai, yang sering kali habis digunakan untuk keperluan sehari-hari. Namun, Asmawati sudah belajar dari pengalaman. Pernah suatu kali, ia tidak membeli emas setelah Ramadan dan menyimpan uang hasil dagangnya begitu saja. Dalam hitungan bulan, uang itu perlahan terkikis untuk berbagai kebutuhan rumah tangga.
“Sejak itu, saya sadar. Kalau saya tidak menginvestasikan uang ke emas, uang itu bisa habis begitu saja,” ujarnya.
Kebiasaan ini juga membuatnya lebih disiplin dalam mengatur keuangan. Setiap Ramadan, ia mencatat dengan cermat berapa banyak modal yang dikeluarkan, berapa keuntungan yang didapat, dan berapa persen yang harus dialokasikan untuk membeli emas kembali. Asmawati tidak ingin hidupnya hanya sekadar mencari rezeki hari ini tanpa memikirkan masa depan.
Di sisi lain, strategi ini juga membantunya menghindari utang yang berlebihan. Sebagian orang mungkin memilih untuk meminjam uang sebagai modal usaha, namun Asmawati lebih nyaman dengan sistem gadai emas. Menurutnya, sistem ini lebih aman karena ia tahu bahwa emas yang digadaikan akan kembali ke tangannya setelah ia menebusnya. Tidak ada bunga pinjaman yang mencekik, tidak ada tekanan dari penagih utang. Semua berjalan sesuai perencanaan.