“Impian besarku adalah melihat Fungi Bite tidak hanya dikenal di Makassar, tapi juga di seluruh Indonesia,” katanya dengan mata berbinar.
Langit mulai berwarna jingga keunguan. Di kejauhan, suara azan berkumandang, menandakan waktu berbuka puasa telah tiba. Para pengunjung mulai mencari tempat duduk, bersiap menikmati makanan yang mereka beli. Rafly mengambil satu bungkus dimsum dan tersenyum puas. Ini bukan hanya tentang bisnis, tapi tentang membawa perubahan tentang menunjukkan bahwa jamur tiram bisa menjadi alternatif pangan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Sementara itu, Ayu Anisela dari Projek Rumah UMKM BRI Makassar memperhatikan Rafly dari kejauhan. Ia mengangguk kecil, bangga melihat bagaimana perjalanan usaha pemuda itu berkembang. “Rafly adalah salah satu peserta Bazar Brilian Safari Ramadan,” katanya.
“Dari mahasiswa yang mengikuti pelatihan digital marketing, sekarang dia sudah menjadi mitra binaan. Usahanya semakin berkembang, apalagi setelah diinkubasi di Unhas,” ungkap wanita berjilbab tersebut.
Ayu teringat saat Rafly dan timnya pergi ke daerah Maros beberapa waktu lalu. Mereka mengunjungi petani jamur, mempelajari budi dayanya, dan bahkan mencoba membuat produk turunannya. Dari perjalanan itu, Rafly semakin yakin dengan visinya: memperkenalkan jamur tiram sebagai bahan pangan utama bagi masyarakat Makassar. Saat itu, mereka juga bertemu dengan petani yang telah membudidayakan jamur selama bertahun-tahun.
“Dari merekalah Rafly belajar cara menanam, merawat, dan memanen jamur dengan benar agar kualitasnya tetap terjaga,” bebernya. (*)