Di sekitar tenda Fungi Bite, beberapa pengunjung terlihat penasaran. Seorang ibu dengan anak kecil menggenggam sekotak dimsum, sementara seorang pria muda memotret kemasan Fungi Ball dengan ponselnya. Aroma khas jamur goreng tipis-tipis menyatu dengan udara sore yang hangat. Seseorang bertanya, “Apa ini benar-benar tanpa ayam?,” Rafly tersenyum dan mengangguk. “Betul, ini sepenuhnya berbahan dasar jamur tiram,” katanya.
Di panggung utama, seorang pembawa acara mengumumkan rasa terima kasih kepada para sponsor yang telah mendukung jalannya acara. “Terima kasih kepada yang telah menyediakan fasilitas dan alat-alat untuk kegiatan bazar ini,” katanya.
Hari semakin gelap, tetapi semangat para peserta bazar tak surut. Di tenda Fungi Bite, seorang pelanggan baru saja mencicipi Gyoza Mush. Matanya berbinar. “Enak! Rasanya seperti ayam, tapi lebih ringan,” ulasnya.
Seorang pengunjung lain mendekat. “Aku sering makan dimsum ayam. Ini benar-benar rasanya mirip, malah lebih lembut,” katanya sambil mengambil satu lagi dari piring sampel.
Rafly tersenyum. Baginya, reaksi seperti inilah yang membuat semua perjuangannya terasa berarti. Ia ingat bagaimana dahulu ia harus bereksperimen berkali-kali di dapurnya, mencoba berbagai cara mengolah jamur agar memiliki tekstur yang mirip dengan ayam. Tak jarang ia gagal, namun setiap kegagalan memberinya pelajaran berharga.
Kini, dengan dukungan dari berbagai pihak, ia semakin yakin bahwa Fungi Bite bisa berkembang lebih jauh. Ia ingin suatu hari nanti produknya bisa masuk ke pasar yang lebih luas, bahkan mungkin hingga supermarket besar.