English English Indonesian Indonesian
oleh

Banjir Malangke Luwu Utara Lumpuhkan Perekonomian

Ia menuturkan banjir tersebut sangat berdampak karena mayoritas penduduk Malangke adalah petani. Untuk bertahan hidup, mereka harus menghemat biaya kebutuhan sehari-hari. Sebagian warga bahkan telah meninggalkan kampung halaman karena lahan mereka tenggelam sepenuhnya.

“Jika dihitung, kerugian masyarakat akibat banjir yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini telah mencapai miliaran rupiah. Banyak rumah warga yang mengalami kerusakan akibat genangan air yang terus masuk ke dalam rumah,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Luwu Utara, Muslim Muchtar, mengatakan bahwa banjir di Malangke dan beberapa wilayah pesisir di Luwu Utara bukanlah fenomena baru.

“Di Malangke dan Luwu Utara pada umumnya, terutama di daerah pesisir, banjir memang sudah menjadi langganan. Ini sesuai dengan laporan dari BMKG,” ujar Muslim.

Ia menjelaskan bahwa penyebab utama banjir didominasi oleh faktor alam. “Intensitas curah hujan yang tinggi dan durasi hujan yang cukup lama menyebabkan wilayah ini rentan terhadap banjir,” katanya.

Selain itu kata dia, dampak dari banjir bandang sebelumnya masih terasa, di mana tingginya sedimen di beberapa sungai memperparah kondisi. “Solusinya adalah normalisasi sungai. Saya kira sudah ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah daerah, baik oleh instansi teknis maupun kebijakan Bupati, untuk melakukan penanggulangan darurat. Tapi sifatnya masih sementara,” tambahnya.

Muslim menekankan bahwa solusi jangka panjang adalah normalisasi sungai yang berkelanjutan. “Biar bagaimanapun, alam tidak bisa kita lawan. Di Luwu Utara ini ada delapan sungai besar yang membentang dari timur ke selatan. Sungai yang sering menimbulkan dampak itu adalah Sungai Masamba dan Sungai Baliasae yang berdampak ke Malangke. Kemudian Sungai Rongkong berdampak ke Baebunta Selatan dan Malangke Barat,” jelasnya.

News Feed