Menurutnya, kebutuhan akan obat-obatan dan pasokan sangat besar, dan yang datang hanyalah persentase yang sangat kecil dari apa yang dibutuhkan.
“Dengan kembalinya warga Palestina yang mengungsi dari wilayah selatan dan tengah… permintaan akan obat-obatan dan pasokan medis telah meningkat,” katanya.
“Tantangannya sangat besar, dan kami sangat membutuhkan pasokan obat-obatan yang cepat, perbaikan infrastruktur, pembangunan kembali rumah sakit, dan penggantian peralatan,” lanjutnya.
Pada tahun 2020, rumah sakit tersebut menyediakan layanan perawatan kepada 460.000 warga dan layanan darurat kepada sekitar 250.000 orang serta melakukan 25.000 operasi, 69 sesi dialisis, dan 13.000 persalinan.
Selama bulan-bulan genosida, tentara Israel berulang kali menyerbu Rumah Sakit Al-Shifa, menghancurkan dan membakar gedung-gedungnya.
Fase enam minggu pertama dari perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, menangguhkan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 47.300 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang, dengan kerusakan yang meluas dan krisis kemanusiaan.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November tahun lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. (amr)