English English Indonesian Indonesian
oleh

Hilirisasi dan Fluktuasi Harga Jadi Tantangan Porang

FAJAR, MAKASSAR — Porang kian diminati petani Indonesia, namun ekspornya menghadapi tantangan fluktuasi harga dan kebutuhan hilirisasi.

Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Arief R. Pabettingi, mengatakan bahwa Porang menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia, terutama untuk pasar ekspor, dengan negara tujuan utama seperti Cina, Vietnam, Thailand, Jepang , Eropa, dan Australia.

“Popularitas komoditas porang membuat banyak petani yang sebelumnya menanam palawija beralih ke komoditas ini,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tanaman porang memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai bahan makanan pengganti nasi, bahan baku kosmetik, lem, kimia, hingga obat-obatan laboratorium.

“Di Jepang, misalnya, porang diolah menjadi “beras porang” yang harganya bisa mencapai Rp75.000 per kilogram, jauh lebih mahal dibandingkan beras premium biasa,” ucapnya.

Kata dia, Porang banyak dibudidayakan di berbagai provinsi di Indonesia, dengan sentra produksi terbesar berada di Jawa Timur, Sulsel, dan Nusa Tenggara Timur.

“Di Sulsel, daerah penghasil utama adalah Kabupaten Bulukumba dan Sidrap, tetapi yang paling besar itu Bulukumba,” ujarnya.

“Tanaman porang, yang hidup di ketinggian 500-900 meter di atas permukaan laut,” lanjutnya.

Dia juga mengatakan bahwa saat ini tren ekspor porang di Sulsel masih sangat menjanjikan dan terkahir berjalan pada Agustus hingga November 2024.

“Jadi dengan kapasitas ekspor mencapai 150 ton per pengiriman atau sekitar 1.500 ton per tahun,” katanya.

News Feed