Singkatnya, gagasan untuk menjadikan Makassar sebagai regional hub KTI, “The Business Capitol of east Indonesia” bahkan “global hub” dalam berbagai bidang adalah gagasan lama yang perlu di-reinventing, ditemukan dan dibangkitkan kembali dari alam bawah sadar masyarakat Makassar berbasis spirit Karaeng Pattingalloang.
Mengakar jauh dalam tradisi intelektual Karaeng Pattingalloang, Raja Tallo, para pemimpin kota Makassar saat ini, seharusnya bisa bermimpi sama seperti Singapura dan Dubai, UAE untuk menjadi international academic city (kota pelajar internasional).
Singapura di bawah Lee Kuan Yew memiliki visi yang sangat kuat untuk mentransformasi perekonomian Singapura dari negara dunia ketiga ke negara dunia pertama. Hal ini dapat dibaca dalam bukunya berjudul “From The Third to The First, The Singapore Story 1965 – 2000”.
Modal Singapura yang paling berharga adalah posisinya di Selat Malaka yang menjadi lalu lintas pelayaran internasional terpadat di dunia. Jalur laut Selat Malaka menghubungkan antara Eropa ke Asia Timur, Timur Tengah ke Asia Timur, Asia Tengah ke Asia Timur dan lainnya.
Penduduk Singapura pada saat memulai program transformasi ekonominya juga sangat sedikit. Saat inipun penduduknya hanya 5,9 juta tetapi mampu menjadi international academic hub di Asia.
Namun demikian, Singapura memiliki dua universitas yang berada di peringkat 8 dan 15 dunia berdasarkan lembaga pemeringtkatan QS rank, yaitu National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technology University (NTU).