Oleh: Hakim, ST, MM, CRMA
Dosen Teknik Industri, Universitas Islam Makassar
Kesenjangan pendidikan di Indonesia telah menjadi masalah serius yang memengaruhi kualitas pembangunan bangsa. Perbedaan akses, kualitas, dan kesempatan belajar antara daerah perkotaan dan pedesaan terus menciptakan jurang yang kian dalam. Tidak dapat dimungkiri, pendidikan adalah kunci utama untuk meningkatkan mobilitas sosial, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Namun, kesenjangan ini tidak hanya menghambat individu untuk maju, tetapi juga berpotensi memengaruhi persatuan bangsa dan menurunkan daya saing Indonesia di tingkat global.
Beberapa faktor mendasar menjadi penyebab utama kesenjangan pendidikan. Pertama, faktor ekonomi menjadi penghambat yang signifikan. Keluarga dari golongan ekonomi rendah seringkali kesulitan membiayai pendidikan anak-anak mereka, termasuk membayar biaya sekolah, membeli buku pelajaran, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak sedikit anak-anak dari keluarga kurang mampu terpaksa putus sekolah untuk membantu ekonomi keluarga.
Kedua, faktor geografis juga memainkan peran besar. Daerah terpencil dan perbatasan seringkali memiliki akses terbatas terhadap infrastruktur pendidikan, seperti gedung sekolah yang memadai, fasilitas pendukung, serta keberadaan guru berkualitas. Jarak yang jauh ke sekolah sering kali membuat anak-anak di daerah ini tidak dapat mengecap pendidikan secara maksimal. Ketiga, kualitas guru yang tidak merata juga menjadi tantangan besar. Guru di daerah perkotaan cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap pelatihan dan pengembangan profesional, sedangkan guru di daerah pedesaan sering kali minim pelatihan, sehingga kualitas pengajaran yang diberikan jauh dari optimal. Terakhir, kurikulum pendidikan nasional yang belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan zaman membuat lulusan kurang siap menghadapi tantangan masa depan.
Dampak dari kesenjangan pendidikan ini sangat luas. Salah satu dampak utama adalah perbedaan kesempatan kerja. Lulusan dari sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, sementara lulusan dari sekolah berkualitas rendah sering kali hanya mendapatkan pekerjaan dengan upah minim. Perbedaan ini menciptakan kesenjangan pendapatan yang semakin memperlebar jurang sosial antara kelompok masyarakat. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat kesenjangan pendidikan juga menghambat pertumbuhan ekonomi secara nasional. Ketika banyak individu tidak mendapatkan pendidikan yang layak, potensi mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi menjadi terbatas. Dampak lainnya adalah instabilitas sosial. Ketimpangan yang terlalu lebar seringkali memicu ketidakpuasan sosial, yang dapat berujung pada meningkatnya angka kriminalitas, konflik sosial, bahkan separatisme di beberapa wilayah.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Salah satu langkah penting adalah pemerataan anggaran pendidikan. Pemerintah perlu mengalokasikan lebih banyak dana untuk sektor pendidikan, terutama di daerah tertinggal. Dana ini dapat digunakan untuk membangun infrastruktur pendidikan, seperti gedung sekolah, laboratorium, dan perpustakaan, serta menyediakan fasilitas pembelajaran yang layak. Peningkatan kualitas guru juga menjadi prioritas. Guru harus mendapatkan pelatihan dan pengembangan profesional secara berkelanjutan agar mampu mengajar dengan metode yang lebih efektif dan relevan.
Kurikulum pendidikan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Kurikulum yang relevan akan memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang dibutuhkan di dunia nyata. Selain itu, pemerintah dan pihak swasta perlu memperluas program beasiswa untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan tanpa terkendala biaya. Teknologi informasi dan komunikasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil. Dengan memanfaatkan platform digital, siswa di daerah yang sulit dijangkau dapat belajar secara daring, mengakses bahan ajar, dan mengikuti pelatihan keterampilan.
Pendidikan bukan hanya hak asasi, tetapi juga investasi jangka panjang untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Dengan komitmen bersama, kita dapat membangun Indonesia Emas—sebuah visi bangsa yang mandiri, sejahtera, dan berdaya saing global. Saatnya kita bergerak bersama untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan meraih masa depan yang lebih cerah. (*)