Hal ini tidak hanya mampu memperkuat kapasitas peserta dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip Sphere, tetapi sekaligus mendorong kolaborasi lintas sektor melalui komunikasi yang efektif, program kerja bersama, dan berbagi sumber daya.
“Dengan jejaring yang terorganisir, alumni diharapkan dapat menjadi penggerak utama dalam menciptakan inovasi, mempercepat tanggap darurat, serta meningkatkan kesiapsiagaan bencana di komunitasnya masing-masing,” harapnya.
“Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan menghasilkan rencana aksi konkret yang berdampak nyata, memastikan bahwa jejaring alumni tetap relevan, adaptif, dan memberikan kontribusi signifikan dalam jangka panjang,” imbuhnya.
Ketua MPBI, Avianto Amri menjelaskan, Sphere Handbook adalah standar global yang diakui dunia, ratusan lembaga dan akademisi dalam merespons krisis kemanusiaan dengan akuntabilitas yang tinggi.
Sehingga, dengan pelatihan ini para peserta diharapkan dapat memahami prinsip tersebut dan menerapkannya untuk memastikan memberikan respons yang efektif dan bermartabat bagi masyarakat terdampak.
“Kami ingin setiap relawan dan pekerja kemanusiaan memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan yang tidak hanya cepat, tetapi juga memberikan tindakan yang tepat dan sesuai dengan hak asasi manusia,” jelasnya.
Salah satu peserta, Wiwi, dari DMC (Disaster Management Centre) Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin, mengaku bahwa pelatihan ini memberinya perspektif baru tentang pentingnya standar dalam bantuan kemanusiaan.
Sphere Handbook menjadi panduan yang sangat penting, terutama di lapangan, di mana kami perlu memastikan setiap tindakan memiliki dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat.