FAJAR, SENGKANG– Debat publik kedua Pilkada Kabupaten Wajo telah selesai. Kini saatnya, masyarakat menyongsong pemilu yang damail. Hal itu diutarakan oleh Komisioner KPU Wajo Divisi Sosialisasi, Pendidikan Parmas dan SDM, Muh. Erwin Arifin, setelah digelarnya debat publik di Ballroom Hotel Sallo, Sengkang Kecamatan Tempe, Wajo, Selasa, 12 November.
Kata dia, selesainya debat kedua atau terakhir, seluruh elemen masyarakat dihimbau menjaga situasi tetap kondusif. Warga tidak boleh mudah percaya terhadap informasi yang beredar di media sosial, terutama yang bersifat hoaks dan memprovokasi. “Menjelang hitung hari pencoblosan, kita perlu tetap menjaga ketenangan dan keharmonisan dalam masyarakat, supaya tidak memecah belah kita,” ujarnya.
Potensi hoaks biasanya meningkat menjelang hari pemilihan. Namun, dirinya percaya masyarakat Bumi Lamaddukelleng juluk Wajo sangat menjunjung nilai-nilai filsafat suku Bugis atau kearifan lokal. “Saya yakin masyarakat Wajo itu dewasa di setiap perhelatan pesta demokrasi. Karena nilai-nilai sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge dijunjung tinggi,” bebernya.
KPU Wajo telah bekerja sama dengan berbagai instansi, termasuk kepolisian dan lembaga pemantau pemilu, untuk mengawasi dan mencegah penyebaran informasi palsu yang dapat mempengaruhi situasi politik.
“Kami juga mengajak masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas, yang tidak mudah terhasut oleh informasi yang belum jelas sumbernya. Mari kita bersama-sama ciptakan pemilu yang damai dan berkualitas,” himbaunya.
Dalam pelaksanaan debat kedua Pilkada Wajo, kedua Paslon Andi Rosman – dr. Baso Rahmanuddin (Ar-Rahman) dan Amran Mahmud – Amran SE (Pammase) beradu gagasan.
Tema yang diangkat “Memajukan dan Menyelesaikan Persoalan Daerah dengan Menyerasikan Pelaksanaan Pembangunan yang Berbasis Kearifan Lokal serta Membangun Sinergitas dengan Para Pelaku Pembangunan”.
Sebanyak 8 panelis terlibat dalam rumusan pertanyaan. Yakin, Muhammad Idris, M. Hatta S Yahya, Prof Arlin Adam, A. Syahwiah, Faizal Amir, Taslim, Bahtiar dan Dudi Jufri
Dari sejumlah pernyataan yang berasal dari berbagai sub tema. Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang menarik perhatian. Pasalnya Wajo dikenal sebagai daerah yang kayak potensi SDA, salah satunya gas. Namun penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tenaga kerja dari potensi alam tersebut di Wajo belum optimal.
Paslon nomor urut satu, Ar-Rahman mengemukakan, ada hal yangenjadi keterbatasan dalam pengelolaan gas. Karena kewenangannya tidak sepenuhnya pemerintah daerah setempat. “Ada aturan UU yang membatasi, karena gas ini kebijakan pengelolaan di pemerintah pusat. Tapi PAD dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) perlu ditarik dan dilihat nilai perhitungannya ke daerah,” ujar Andi Rosman.
Dia menambahkan, tindakan tersebut perlu dilakukan mengingat PBB gas di Wajo menunjukkan penurunan yang signifikan. Dari data yang diperoleh PBB gas pada tahun 2016 sebesar Rp37 Miliar. “Terakhir hanya sekitar Rp19 miliar. Inikan tidak menunjukkan peningkatan. Jadi CSR dikeluarkan oleh gas harus tepat saran untuk pelaku UMKM,” sebutnya.
Sementara Amran Mahmud menyebutkan, dalam pemanfaatan SDA khususnya gas alam, juga pernah diupayakan untuk membangun pabrik pupuk menemui kendala. “Kami bersama DPRD pernah melakukan akselerasi untuk peningkatan PAD melalui Participating Interest (PI) 10 persen,” bebernya.
PI 10 persen tidak hanya berfokus pada konsumsi listrik, tetapi juga dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan yang membawa kemajuan signifikan bagi perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat Wajo. (man)