Artikel tersebut, yang diberi label sebagai artikel eksklusif, konon menguraikan strategi negosiasi Hamas, kelompok militan Islam Palestina yang telah diperangi Israel di Gaza selama lebih dari setahun.
Sekitar waktu itu, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir memediasi perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang akan mencakup kesepakatan untuk membebaskan sandera yang ditawan di Gaza.
Namun perundingan tersebut gagal karena Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut. Artikel yang dimaksud sebagian besar sesuai dengan tuduhan Netanyahu terhadap Hamas atas kebuntuan tersebut.
Artikel tersebut dipublikasikan beberapa hari setelah enam sandera Israel ditemukan dieksekusi di terowongan Hamas di Gaza selatan. Pembunuhan mereka memicu protes massal di Israel dan membuat marah keluarga sandera, yang menuduh Netanyahu menggagalkan perundingan gencatan senjata karena alasan politik.
Pada hari Sabtu, beberapa keluarga bergabung dengan seruan jurnalis Israel untuk mencabut perintah bungkam.
“Orang-orang ini telah hidup dalam pusaran rumor dan setengah kebenaran,” kata pengacara mereka, Dana Pugach.
“Selama setahun terakhir mereka telah menunggu untuk mendengar informasi intelijen atau informasi apa pun tentang negosiasi pembebasan para sandera tersebut. Jika sebagian informasi itu telah dicuri dari sumber-sumber militer, maka kami pikir keluarga-keluarga berhak untuk mengetahui tentang detail yang relevan,” tambahnya.
Dalam sesi lain pada hari Minggu tentang penyelidikan oleh dinas keamanan dalam negeri Shin Bet, polisi dan militer, pengadilan memerintahkan satu tersangka dibebaskan, sementara yang lain ditahan, menurut Haaretz.