HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Industri berpeluang mengerdilkan lingkungan. Namun bisa juga sebaliknya, memberikan kesejahteraan jika ada niat baik dari manajemen perusahaan.
Berkunjunglah ke Sorowako, salah satu desa di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Di sana, aktivitas industri dan lingkungannya benar-benar jalan beriringan. Setiap hari terdengar deru alat berat mengeksploitasi lingkungan. Itu alat berat milik PT Vale Indonesia, Tbk. Setiap hari mengeruk tanah pegunungan yang berisi endapan bijih besi.
Meski pengelolaan pascatambang tertata dengan baik, masih ada faktor lain yang bisa merusak lingkungan. Jangan khawatir, manajemen perusahaan tambang terbesar di Sulawesi itu sudah memikirkan solusinya. Emisi karbon dari alat berat bisa ditekan.
“Pertamina sangat gercep (gerak cepat,red), siapkan bahan bakar HVO,” ujar Vanda Kusumaningrum, Head of Corporate Communications PT Vale Indonesia, kemarin.
HVO yang dimaksud Vanda adalah hydrotreated vegetable oil. HVO adalah bahan bakar nabati yang diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses hidrogenasi. Ini bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Pertamina memegang kendali untuk mencapai net zero emission pada 2060. Maka dari itu, langkah besar sudah dipersiapkan. Kilang Pertamina di Cilacap disiapkan untuk menjalankan roadmap energi baru dan terbarukan. Sudah memproduksi 3.000 barrel HVO per hari. Tahun depan kapasitasnya naik dua kali lipat.
Tak hanya memulihkan kondisi hutan. Bahan bakar untuk kendaraan operasional, alat berat, hingga smelter semuanya ramah lingkungan. PT Vale Indonesia didukung penuh Pertamina. Perusahaan BUMN tersebut menyediakan hydrotreated vegetable oil (HVO). Jenis bahan bakar ramah lingkungan. “Pertamina mendukung penuh upaya dekarbonisasi di perusahaan tambang,” lanjut Vanda.