English English Indonesian Indonesian
oleh

Solong untuk Pengantin

Tamu-tamu selalu disambut baik oleh ibu. Dengan, senyuman ramah tersungging di wajahnya, meskipun hatinya mungkin lelah. Dengan tangan yang cekatan, ia mulai merangkai bambu, kapas, dan kemiri menjadi solong yang indah. Setiap kali ia bekerja, kenangan tentang ayah selalu datang. Ayah yang dulu begitu pandai menciptakan keindahan dari api, seakan hadir kembali melalui setiap solong yang dibuat ibu.

Rumah kami yang sederhana dan usang menjadi saksi bisu dari banyaknya orang yang datang dan pergi, membawa serta impian dan harapan mereka. Mereka tidak peduli dengan kondisi rumah kami; yang mereka inginkan hanyalah solong yang mampu menciptakan keajaiban di malam istimewa mereka. Dalam setiap ketukan pintu dan setiap permintaan, ada kebahagiaan tersendiri bagi ibu, karena ia tahu bahwa solong buatannya membawa cahaya dan kebahagiaan bagi banyak orang.

Kadang-kadang, aku ikut membantu ibu. Melihatnya bekerja dengan penuh dedikasi membuatku merasa bangga. Kami tahu bahwa solong bukan sekadar alat penerangan; bagi banyak orang di desa, solong adalah simbol kebahagiaan, harapan, dan keindahan yang terpancar di tengah malam. Setiap solong yang keluar dari rumah kami membawa cerita, kenangan, dan harapan yang tak ternilai harganya. Trauma kehilangan ayah, yang menjadi kepala keluarga, masih membekas dalam setiap sudut hati kami. Ayah tidak hanya pemimpin keluarga, tetapi juga penjaga tradisi yang penuh cinta. Salah satu tradisi yang paling kami hargai adalah tradisi mattunu solong, yang rutin dilakukan setiap ada pernikahan serta di awal dan akhir Ramadan.

News Feed