FAJAR, MAKASSAR — Literasi ekonomi syariah masih minim di Indonesia, meski penduduknya mayoritas muslim. Hal ini juga berlaku untuk Sulsel.
Dari survei yang dilakukan BI di tahun 2022 angka literasi, melek ekonomi syariah adalah 28 persen. Artinya dari 100 orang hanya 28 yang paham ekonomi keuangan syariah.
Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulsel, Jufri Rahman menjelaskan, berdasarkan data yang diterima dari OJK Sulselbar dari aspek share perbankan syariah dibandingkan bank konfensional tidak lebih dari delapan persen. Padahal 8,4 juta penduduk Sulsel adalah muslim. Di mana 30 persen di antaranya adalah milenial.
Jika dikaitkan dengan ekonomi kondisi mereka tidak masuk dalam kategori miskin. Sehingga potensi pengembangan ekonomi syariah sangat terbuka. Ditambah lagi gaya hidup islam mulai masuk digenerasi milenial itu.
Angka delapan persen yang disampaikan oleh OJK Sulselbar itu mengkonfimasi apa yang dipaparkan BI Sulsel yang menyatakan literasi ekonomi syariah masih sangat lemah. Sehingga Jufri menyarankan agar sasaran literasi dan edukasi butuh banyak dilakukan di daerah.
Pasalnya mereka banyak menyimpan uang dibawah bantal tidak di bank konvensional karena takut bunga, karena dianggap riba. Ini adalah peluang besar untuk bank syariah untuk masuk dengan sistem mudarabah atau bagi hasil.
“Itu kita tinggal dorong saja bulan ekonomi dan keuangan syariah, selama Oktober ini. Selanjutnya akan tindak lanjuti oleh pemerintah kabupaten/kota. Sehingga nanti diharapkan angka aspek share perbankan syariah bisa menjadi 17-20 persen,” kata Jufri Rahman setelah opening ceremony bulan ekonomi dan keuangan syariah di Hotel Claro Makassar, Selasa, 1 Oktober 2024.