Oleh: M. Qasim Mathar
Empat puluh tiga tahun yang silam, tanggal 1 Oktober 1981, sebagai surat kabar harian, koran Fajar terbit pertama kali di Makassar, Sulawesi Selatan. HM Alwi Hamu, tokoh pers nasional mendirikan koran tersebut. Alwi Hamu adalah manusia tangguh. Sebelum menjadi pemimpin Harian Fajar, Alwi jauh sebelumnya sudah bergelut di dunia jurnalis. Tokoh ini pernah mendirikan surat kabar KAMI pada masa mahasiswa dan kampus bergejolak di era peralihan rezim Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba). Kerja keras Alwi Hamu dan orang-orang yang dia bina dan berteman, dia akhirnya diakui sebagai raja media dan membangun kerajaannya bernama Fajar, surat kabar yang menguasai wilayah Indonesia bagian timur. Lebih empat dekade Fajar terbit terus mewarnai opini manusia di wilayah timur Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.
Surat kabar Ujung Pandang Ekspres, Berita Kota Makassar, Timor Ekspres, Ambon Ekspress, Kendari Ekspres, Kendari Pos, Radar Buton, Radar Bone, Radar Sulbar, Palopo Pos, Pare Pos, Radar Bulukumba, dan lainnya, yang bersiar di Indonesia Timur merupakan “pasukan” Fajar karena lahir dari rahim Fajar. Surat kabar Tribun Timur yang besar di samping Fajar, tak sedikit sumber daya manusia (SDM)nya, pada awalnya adalah SDM yang berasal dari Fajar. Inilah dua surat kabar besar di Makassar, bagai dua bersaudara melayani kebutuhan masyarakat kepada informasi melalui media cetak hingga saat ini.
Ketika pandemi covid-19 melanda seluruh dunia, Fajar terus terbit. Tak terhindarkan efek buruk pandemi itu, seperti yang juga melanda banyak bidang usaha dan kehidupan, pun dialami oleh Fajar. Jika banyak bidang usaha yang gulung tikar akibat pandemi covid-19, tak terkecuali bidang usaha cetakan, seperti surat kabar, tidak demikian Fajar. Surat kabar ini terus terbit. Dalam peralihan pemerintahan dari Presiden Joko Widodo kepada Presiden Prabowo Subianto, hemat saya, Fajar seyogianya juga membangun orientasi baru bagi Indonesia di bawah pemerintahan baru.
