Sebagai contoh, seorang politisi mungkin mendukung suatu kebijakan atau memberikan suara dalam pemilihan tertentu sebagai imbalan atas dukungan politik, akses ke sumber daya, jabatan, atau keuntungan lainnya. Praktik ini umum terjadi di banyak sistem politik, terutama dalam sistem yang kurang transparan atau korup, di mana kepentingan pribadi sering kali mendahului kepentingan publik.
Ciri-ciri utama dari politik transaksional meliputi:
- Pertukaran kepentingan: Setiap tindakan atau keputusan politik dibuat berdasarkan pertimbangan keuntungan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat.
- Fokus pada keuntungan jangka pendek: Alih-alih memikirkan dampak jangka panjang, politik transaksional lebih berfokus pada hasil langsung dan keuntungan saat ini.
- Pragmatisme yang tinggi: Nilai atau prinsip sering kali disingkirkan jika tidak sesuai dengan tujuan jangka pendek. Politik transaksional dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem politik karena publik sering melihatnya sebagai bentuk korupsi atau manipulasi kekuasaan.
Pengertian transaksional di atas sering kali dimanipulasi sedemikian rupa sehingga transaksi dalam politik dianggap sepenuhnya negatif. Padahal, menurut saya, politik transaksional adalah bagian penting dari pelaksanaan demokrasi. Sungguh mengherankan bagi saya jika ada yang membicarakan demokrasi tetapi sekaligus menafikan aspek transaksional. Bagaimana mungkin Anda bisa memisahkan politik, demokrasi, dan transaksi? Ketiga hal tersebut adalah mata rantai yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Akan terjadi perdebatan panjang tanpa akhir jika kita mencoba memisahkan ketiganya.
Demokrasi, politik dan transaksional atau DPT adalah “virus” utama dalam bernegara. Saya ragu ada orang yang dapat melihat hubungan ketiganya sebagai sesuatu yang saling bertentangan. Sebaliknya, seni berpolitik terletak pada kemampuan untuk menghubungkan ketiganya menjadi harmoni yang saling melengkapi. Bagaimana mungkin demokrasi, di mana pun di dunia ini, bisa berjalan tanpa transaksi?
Di Amerika Serikat sebagai patron demokrasi, demikian pula di Jerman dan Inggris, transaksi menjadi bagian dari praktik politik yang tidak selalu dianggap negatif. Ironisnya, di negeri kita, transaksi politik sering kali dianggap sebagai sesuatu yang “kotor,” padahal dalam praktik politik dan demokrasi, transaksi justru menjadi kebutuhan banyak pihak. Oleh karena itu, demokrasi bukanlah satu-satunya sistem terbaik di dunia ini. Demokrasi selalu bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dinamika zaman itulah yang membentuk demokrasi agar sesuai dengan kebutuhan pada saat itu. Demokrasi adalah sistem yang fleksibel dan dapat menyesuaikan diri, jika demokrasi dijadikan tujuan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.