Selain keindahan karst, Maros juga punya kopi lokal. Diberi label Kopi Karst Mapang oleh CHC.
Arini Nurul Fajar
Maros
KOPI ini dilabeli dengan sebutan “Kopi Karst Maros-Pangkep (Mapang)”. Kenapa? Karena tak ada yang mengira tanaman kopi jenis robusta ini bisa ditemukan tumbuh dengan baik di sekitar Kawasan Karst Maros-Pangkep.
Seperti di Waemerurrunge, Bettue, Pangia, Pattunuang Asue, Bunga Eja hingga Dolin Elle’e, Kabupaten Maros dan di wilayah Bonto-Bonto, Tondong Tallasa, Balocci, Kabupaten Pangkep.
Jika menelisik sejarah, di wilayah itu pernah ada perkebunan kopi. Sudah lebih dahulu dibudidayakan oleh seorang berkebangsaan Belanda.
“Keberadaan tanaman kopi di kawasan Karst Maros-Pangkep diketahui pertama kali berdasarkan informasi atau tulisan dari Alfred Russel Wallace (1823-1913) naturalis asal Inggris mengeksplorasi Maros,” kata Direktur Celebes Heritage Coffee (CHC), Iswadi A Makkaraka, kemarin.
Menurut literasi yang ia peroleh, selama di Maros pada Agustus sampai November 1857, Wallace tinggal di Amasanga atau Tompobalang, Kelurahan Kalabirang, Kecamatan Bantimurung.
Pada masa itu, David Jacob Matthijs Mesman, kakak dari WL Mesman, membantu segala kebutuhan Wallace selama di Maros. Kala itu Jacob David Matthijs (1818-1858) adalah anak tertua dari Johannes David Mesman, saat kembali ke Makassar, Jacob dikenal dengan sapaan Tuan Solo.
Tuan Solo tak menetap di Makassar, dia memilih Maros sebagai tempatnya bermukim. Bahkan dia memiliki ratusan hektare perkebunan dan puluhan ekor sapi.