“Saat ini kita juga sedang cari lahan yang bagus sumber airnya untuk pengembangan lahan kopi karst yang baru,” sebutnya.
Menyoal pemasaran kopi karst, dia mengatakan baru di area Sulawesi dan dikalangan komunitas atau konsumen CHC. “Paling dikalangan pecinta dan penikmat kopi di Makassar dan Maros,” ungkapnya.
Pihaknya juga belum merambah ke pasar warkop, kafe, dan hotel. “Banyak peminatnya, cuman kita terkendala produksi, bahkan langka. Karena kurang produksi,” akunya.
Salah satu pemilik lahan, Harahap menyebut luas lahan yang ia tanami kopi di Elle’e, Desa Mangeloreng, sekitar 25 are.
“Sudah dua tahun saya mulai menanam, tapi hasil produksinya belum banyak,” katanya.
Sejak kemarau, kata dia, buah kopinya lebih kering. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan kopi khas kawasan karts. (*)