Saat Wallace mengunjunginya pada 1857, Mesman digambarkan sebagai seorang petualang, menikmati kehidupannya bersama alam, bergantung pada senapan dan anjing pemburu untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Dia pun diceritakan menanam padi dan kopi sendiri, serta memelihara banyak unggas. Namun, setahun setelah kunjungan Wallace, pada 1858 Jacob Mesman meninggal dunia.
“Jadi menurut Wallace, Willem Mesman (saudara Jacob Mesman) adalah seorang pedagang kopi dan opium,” katanya.
Selanjutnya pada 1920-an, kopi mulai dikembangkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan dibudidayakan oleh masyarakat pada 1960-an. Tetapi pada era 1990-an, kopi mulai ditinggalkan dan tidak lagi dikelola dengan baik oleh masyarakat petani kopi.
Hingga akhirnya kehadiran kopi karst ini kembali digaungkan keberadaannya oleh komunitas Celebes Heritage Coffee (CHC) pada 2018.
“2018 kami dari Celebes Heritage Coffee menemukan kembali tanaman kopi ini di daerah karst. Bahkan kopi ini ditemukan tumbuh dengan baik di beberapa wilayah karst,” katanya.
Setelah diperoleh informasi dari masyarakat, selanjutnya dilakukan survei awal oleh CHC. Hasilnya kopi robusta tumbuh baik di kaki bukit, punggungan, maupun puncak karst.
“Luas lahan diperkirakan mencapai kurang lebih 10 hektare dan yang masih berproduksi kurang lebih 3 hektare,” sebut Iswadi.
Dari situlah kemudian pihaknya bersama warga melakukan pembersihan area kebun, melakukan pembibitan kopi karst, hingga menanam kembali kopi pada 2020 di kawasan karst itu.
“Makanya kami dari komunitas CHC datang untuk memperkenalkan kembali potensi itu ke para petani. Kami mencoba men-support mereka dan sekarang warga sudah mulai tertarik lagi. Ini sudah kami lakukan beberapa tahun terakhir,” akunya.