KAWASAN karst Maros-Pangkep menyimpan kisah yang menakjubkan. Mulai dari hewan endemik, hingga temuan artefak dan lukisan prasejarah yang terdapat di sejumlah gua di Leang-leang.
Arini Nurul Fajar
Maros
MATAHARI cukup terik saat penulis bertandang ke Taman Arkeologi Leang leang yang terletak di Kelurahan Leang-leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.
Jaraknya sekitar 16 kilometer dari Kantor Pemerintahan Kabupaten Maros. Jarum jam menunjukkan pukul 09.20 Wita, namun matahari cukup menyengat meski banyak pepohonan hijau dan rindang di sana.
Siapa sangka, meski cuaca begitu terik, sejak pagi Leang-leang sudah didatangi pengunjung. Pagi itu pengunjung didominasi dari kalangan pelajar dan mahasiswa, meski ada juga pengunjung wisatawan mancanegara.
Tampak ada yang sibuk mengabadikan bentangan bebatuan karst melalui kamera ponsel mereka. Ada yang berpose di antara bebatuan yang menjulang tinggi itu. Ada pula yang sibuk dengan kuas dan pewarnanya.
Ia tampak cekatan menggores sedikit demi sedikit kuas yang telah dibubuhi pewarna di atas kanvas hingga jadilah satu karya indah. Ada pula yang sedang mengantre untuk bisa masuk ke ruang Pusat Informasi.
“Kebetulan ada tugas mata pelajaran Seni Budaya tentang seni rupa. Jadi saya memilih menggambar susunan batu karst di sini,” kata salah satu siswa SMP 5 Mandai, Rizky Ramadhan yang ditemui beberapa waktu lalu.
Dia menilai bebatuan karst di Leang-leang tampak indah, meski bebatuannya muncul dengan sendirinya tanpa diatur.
“Struktur batunya tersusun rapi sehingga membuat pemandangan jadi indah. Belum lagi pepohonan hijau menambah keindahannya,” sebutnya.