English English Indonesian Indonesian
oleh

Taman Arkeologi Leang-leang, Saksi Bisu Prasejarah dan Bukti Peradaban Lampau

Dia datang ke Leang-leang bersama guru dan teman sekelasnya. Meski cuaca saat ini cukup panas, pihak pengelola pun terus berupaya agar Taman Arkeologi Leang-leang ini tetap ramai dikunjungi.

Apalagi, di sana ada beberapa gua atau leang yang terdapat lukisan dinding bergambar telapak tangan dan babi rusa yang usianya cukup tua, seperti Leang Pettae yang memiliki ketinggian 50 mdpl.

Arah mulut gua menghadap ke sebelah barat dengan ukuran tinggi 8 meter dan lebar 12 meter. Suhu udara di dalam gua sekitar 30º C dengan kelembaban 70 persen dalam rongga gua, sementara kelembaban dinding gua berkisar antara 15 hingga 25 persen.

Sejarah Riset

Orang pertama yang meneliti di Sulsel adalah Paul Sarasin dan Fritz Sarasin. Keduanya adalah naturalis berkebangsaan Swiss yang melakukan penelitian di Karst Maros-Pangkep, salah satunya di Leang-leang antara 1902 hingga 1903.

Memasuki 1950, untuk pertama kalinya ditemukan gambar gua prasejarah (rock painting) berwarna merah oleh Van Heekeren dan Miss Heeren Palm di Leang Pettae Maros.

Ada gambar babi rusa yang sedang meloncat dan di bagian dadanya terdapat mata panah menancap. Juga ada gambar telapak tangan dengan latar belakang cat merah.

Peninggalan-peninggalan yang ditemukan di Leang Pettae ini, berupa lima gambar telapak tangan, satu gambar babi rusa, artefak serpih bilah, serta kulit kerang yang terdeposit di mulut gua.

Ini merupakan awal dari penelitian-penelitian terhadap gua-gua prasejarah dan awal penemuan lukisan yang terdapat di Kabupaten Maros. Selain itu juga ada Leang Petta Kere, yang berada pada ketinggian 45 mdpl dan 10 mdpl.

News Feed