FAJAR, MAKASSAR-Tingginya angka kematian ibu dan anak setiap tahunnya mendorong Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan dengan menambah infrastruktur kesehatan. Salah satu upaya tersebut adalah pembangunan Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana berteknologi terbaru.
Gedung Kesehatan Ibu dan Anak ini dibangun dengan luas yang signifikan, berlokasi di RSUP Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Gedung ini diresmikan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo, pada Jumat, 6 September 2024.
Sebelum meresmikan, Presiden Jokowi terlebih dahulu meninjau fasilitas di gedung KIA RS Wahidin Sudirohusodo, termasuk ruang operasi dan ruang perawatan anak yang terletak di lantai 3. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa gedung tersebut memiliki kesan setara dengan hotel bintang lima, karena desain interior dan pencahayaan yang sangat baik, berbeda dengan rumah sakit pada umumnya.
Gedung KIA ini menelan anggaran sebesar Rp456 miliar, dengan rincian Rp239 miliar untuk pengadaan alat kesehatan dan Rp17 miliar untuk pengembangan sumber daya manusia. “Jumlah ini tidak sedikit, tapi dengan selesainya pembangunan ini, saya berharap gedung ini benar-benar bisa melayani ibu dan anak-anak kita, sehingga angka kematian ibu dan anak bisa kita tekan,” ujar Jokowi.
Direktur RSUP Wahidin Sudirohusodo, Prof dr Syafri Kamsul Arif, mengungkapkan bahwa setiap hari ada sekitar 20 bayi yang mengantre untuk dioperasi karena keterbatasan ruangan. Sebelumnya, RSUP Wahidin memiliki keterbatasan ruangan yang mengakibatkan penanganan pasien ibu dan anak tidak optimal.
“Setiap hari ada kurang lebih 20 bayi yang mengantre untuk dioperasi karena tidak tersedianya ruang ICU anak,” ujarnya saat peresmian gedung KIA tersebut. Para pasien anak ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia Timur, seperti Papua, Ambon, Maluku, dan Ternate. Sebagian besar adalah bayi yang lahir prematur.
“Ibu yang melahirkan, ibu yang menjalani operasi, serta anak yang membutuhkan ventilator atau lahir dengan berat badan rendah, menjadi penyumbang terbesar angka kematian bayi,” jelasnya.
Visi Indonesia Emas 2045 diprediksi akan terganggu jika pemerintah tidak memberikan perhatian serius terhadap tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi. Saat ini, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia sangat memprihatinkan, menempati peringkat ke-9 dari 10 negara di Asia Tenggara. Posisi Indonesia bahkan lebih buruk dibandingkan Timor Leste, Filipina, dan Thailand, dengan peringkat ketiga dari bawah.
Berdasarkan estimasi sejumlah lembaga internasional, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 173 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Namun, dengan hadirnya Gedung KIA yang dibangun oleh Kementerian Kesehatan sejak 2022, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat ditekan.
Gedung KIA ini memiliki 260 tempat tidur dan 40 dokter spesialis obgyn serta anak, dengan 100 tempat tidur di antaranya dikhususkan untuk perawatan intensif dan 150 tempat tidur untuk perawatan reguler.
“Salah satu masalah tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah keterbatasan ruang perawatan intensif. Gedung KIA di RSUP Wahidin ini menawarkan kapasitas perawatan intensif yang lebih besar,” jelas Prof. Syafri.
Ia juga memastikan bahwa gedung ini akan melayani pasien BPJS, sejalan dengan program pemerintah. “Saya kira ini akan memberikan kontribusi positif terhadap program pemerintah. Apa yang disampaikan oleh Bapak Joko Widodo dan Menteri Kesehatan tadi, kami dedikasikan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak,” jelasnya. (wis/*)