FAJAR, WAJO — Dalam mitologi Yunani, Cassandra adalah sosok yang dikaruniai kemampuan untuk meramal masa depan. Namun kutukannya membuat orang-orang tidak percaya pada ramalannya.
Paradigma Cassandra sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana peringatan yang didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat diabaikan oleh masyarakat dan pengambil keputusan.
Dalam konteks lingkungan, paradigma ini tampak jelas dalam penanganan isu-isu lingkungan yang mendesak, salah satunya adalah kasus degradasi lingkungan Danau Tempe di Kabupaten Wajo, Sulsel.
Danau Tempe, yang pernah menjadi simbol kesejahteraan ekologis dan ekonomi di wilayah ini, kini menghadapi tantangan serius akibat sedimentasi, pencemaran, dan dampak perubahan iklim.
Para ilmuwan dan aktivis lingkungan telah berkali-kali memperingatkan mengenai ancaman ini, namun tanggapan yang diterima seringkali kurang memadai.
Seperti Cassandra yang diabaikan, peringatan tentang kerusakan lingkungan Danau Tempe tampaknya tidak memperoleh perhatian yang cukup dari pemangku kebijakan dan masyarakat luas.
Sejak beberapa dekade terakhir, Danau Tempe telah menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang semakin parah. Sedimentasi yang dihasilkan dari alih fungsi lahan di daerah aliran sungai telah mengakibatkan pendangkalan danau, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk menyimpan air.
Pada saat yang sama, pencemaran dari limbah domestik dan pertanian memperburuk kualitas air, mengancam kehidupan akuatik dan masyarakat yang bergantung pada danau ini untuk mata pencaharian mereka.