FAJAR, MAKASSAR-Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar menyelenggarakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) di Desa Laccori, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Program ini dilaksanakan sebagai respons terhadap tingginya angka kejadian penyakit diabetes mellitus di kalangan petani, yang berdampak pada penurunan produktivitas kerja dan, pada gilirannya, menurunkan penghasilan mereka.
Meskipun petani memiliki aktivitas fisik yang tinggi, yang seharusnya menurunkan risiko terkena Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2), prevalensinya justru sangat tinggi.
Salah satu faktor risiko yang berkontribusi terhadap DMT2 adalah jenis pekerjaan, yang berkaitan dengan aktivitas fisik seseorang. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi DMT2 pada petani dan buruh di Indonesia mencapai 6,20%, meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2007 yang sebesar 2,8%.
Tingginya prevalensi DMT2 pada petani dan buruh dapat dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah, yang berakibat pada rendahnya daya beli terhadap makanan bergizi seimbang dan asupan zat gizi yang buruk.
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko DMT2 termasuk genetika, usia, jenis kelamin, obesitas, resistensi insulin, aktivitas fisik, gaya hidup, tingkat pengetahuan yang rendah, kebiasaan merokok, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini penyakit diabetes.
Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Pengabdi yang terdiri dari Dr. dr. H. Muh. Khidri Alwi., M.Kes (Ketua Tim), Dr. Ir. Edy, M.P., M.Pd, Dr. Andi Asrina, SKM., M.Kes, dan Prof. Dr. Yusriani, SKM., M.Kes. Mereka bermitra dengan Kelompok Tani Masseddi Ati di Desa Laccori, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, yang diketuai oleh Bapak Tambare.
Menurut Ketua Tim Pengabdi, Dr. dr. H. Muh. Khidri Alwi, M.Kes, kegiatan ini didanai oleh Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek RI Tahun 2024. Program ini telah disosialisasikan kepada pemerintah setempat serta masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Masseddi Ati Desa Laccori.
Masyarakat menyambut kegiatan ini dengan antusias, terutama dengan adanya pemberian bantuan berupa mesin perontok jagung, mesin penepung jagung, media edukasi kesehatan, serta bahan dan alat untuk mengolah jagung menjadi mie dan stick jagung.
Masyarakat berharap kegiatan ini dapat terus dilaksanakan karena memberikan manfaat yang besar, ditambah dengan pengetahuan baru yang didapatkan dari materi-materi yang disampaikan oleh narasumber sesuai dengan keahlian mereka.
Pada hari pertama, Dr. dr. H. Muh. Khidri Alwi, M.Kes, sebagai Ketua Tim Pengabdi, menyampaikan materi tentang diabetes, pola makan, dan status gizi.
Ia menjelaskan bahwa diabetes adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes tipe 1 biasanya disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas, sedangkan diabetes tipe 2 lebih umum dan berkaitan dengan resistensi insulin. Penderita diabetes perlu mengatur asupan karbohidrat dengan hati-hati karena karbohidrat berdampak langsung pada kadar gula darah.
Disarankan untuk memilih karbohidrat kompleks seperti biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan dengan indeks glikemik rendah.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat yang sering digunakan untuk menentukan apakah seseorang memiliki berat badan yang sehat, kurang berat, atau berlebih. IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Dr. dr. H. Muh. Khidri Alwi, M.Kes mengaku bahwa kegiatan PKM ini mendapat respons positif dari pemerintah setempat serta ketua kelompok tani.
Sementara itu, anggota Tim PKM, Dr. Ir. Edy, M.P., M.Pd, memaparkan materi tentang manfaat teknologi perontok biji jagung dan pengolahan tepung jagung.
Teknologi perontok biji jagung memungkinkan proses pemisahan biji dari tongkol dilakukan dengan lebih cepat dan efisien dibandingkan metode manual. Ini menghemat waktu dan tenaga kerja, terutama dalam skala produksi besar.
Tepung jagung merupakan bahan dasar yang dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti roti jagung, tortilla, mie jagung, dan aneka camilan. Ini membantu diversifikasi pangan dan menawarkan pilihan baru bagi konsumen.
Mengolah jagung menjadi tepung juga meningkatkan nilai jual jagung, karena produk olahan memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan jagung mentah, memberikan keuntungan lebih besar bagi produsen dan pengusaha.
Materi tentang media edukasi kesehatan disampaikan oleh Dr. Andi Asrina, SKM., M.Kes. Media edukasi kesehatan memiliki berbagai manfaat penting dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perilaku sehat di kalangan masyarakat, khususnya pada kelompok tani Masseddi Ati.
Prof. Dr. Yusriani, SKM., M.Kes membawakan materi tentang pengolahan tepung jagung menjadi mie dan stick jagung. Pengolahan ini menawarkan alternatif bagi produk berbasis gandum yang banyak dikonsumsi di masyarakat.
Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada impor gandum dan mendukung penggunaan sumber daya lokal. Pengolahan jagung menjadi mie dan stick jagung merupakan langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan, mendukung pertumbuhan ekonomi, serta menyediakan pilihan makanan yang lebih sehat dan beragam bagi masyarakat.
Selain materi yang diberikan oleh dosen Universitas Muslim Indonesia, yang mendapatkan respon baik dari masyarakat sekitar, pada hari kedua masyarakat melakukan praktik pengolahan tepung jagung menjadi mie dan stick jagung. Kegiatan ini selain menambah pengetahuan juga meningkatkan kreativitas masyarakat terkait pengolahan jagung.
Setelah kegiatan ini, masyarakat diharapkan dapat mengolah jagung yang mereka miliki menjadi produk dengan nilai jual yang lebih tinggi, seperti mie dan stick jagung, bukan hanya direbus, digoreng, atau dibakar.
“Dengan adanya kegiatan ini, kami lebih memahami cara mengolah jagung sehingga menjadi makanan yang memiliki nilai jual,” ujar salah satu anggota kelompok tani Masseddi Ati.
“Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlangsung agar masyarakat kami memiliki pemikiran yang lebih terbuka terkait pengolahan jagung. Karena biasanya, masyarakat hanya menjual jagung yang mereka miliki untuk diolah menjadi pakan ternak. Padahal jagung tersebut bisa diolah menjadi tepung bahkan stick jagung yang bisa menjadi UMKM di wilayah kami,” ungkap Kepala Desa Laccori. (*)