Oleh: Rezki Amelia Aminuddin AP, Mahasiswa Program Doktor Rekayasa Industri Universitas Islam Indonesia / Dosen Teknik Industri Universitas Islam Makassar
Perkembangan digital berdampak pada tempat kerja mengalami transformasi yang signifikan. Teknologi telah mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan berkolaborasi, memberikan manfaat luar biasa namun juga menimbulkan tantangan baru. Seiring dengan kemajuan ini, muncul pertanyaan penting: apakah era digital membawa tekanan atau kesejahteraan bagi karyawan? Seperti apa dampak era digital terhadap kesejahteraan emosional di dunia kerja dan bagaimana menemukan keseimbangan di tengah adaptasi ini.
Teknologi telah membawa banyak manfaat bagi karyawan, terutama dalam hal fleksibilitas. Dengan adanya alat komunikasi dan kolaborasi digital seperti email, aplikasi pesan instan, dan platform manajemen proyek, karyawan kini dapat bekerja dari mana saja. Fleksibilitas ini memungkinkan karyawan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan emosional.
Selain itu, teknologi memungkinkan peningkatan produktivitas dan efisiensi. Alat otomatisasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) membantu mengurangi beban kerja rutin, sehingga karyawan dapat fokus pada tugas-tugas yang lebih kreatif dan bernilai tinggi, memberikan rasa pencapaian dan kepuasan kerja yang lebih besar.
Namun, era digital juga membawa tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu tantangan utama adalah peningkatan tekanan kerja. Kemudahan akses teknologi membuat batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi semakin kabur. Karyawan sering merasa harus selalu tersedia dan merespons pesan di luar jam kerja, yang dapat menyebabkan kelelahan dan stres.
Selain itu, penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan isolasi sosial. Meskipun alat komunikasi digital memungkinkan kolaborasi jarak jauh, interaksi sosial yang terbatas dapat membuat karyawan merasa terisolasi. Kurangnya hubungan interpersonal yang nyata dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional karyawan.
Untuk mencapai kesejahteraan emosional di era digital, penting bagi perusahaan dan karyawan untuk menemukan keseimbangan yang tepat. Menetapkan batasan waktu kerja yang jelas dan mendorong karyawan untuk mematuhinya adalah langkah penting untuk mencegah kelelahan. Perusahaan juga perlu menyediakan pelatihan mengenai manajemen stres dan kesejahteraan mental serta akses ke layanan konseling atau dukungan mental. Meskipun bekerja jarak jauh, perusahaan dapat mendorong interaksi sosial melalui kegiatan virtual seperti zoom meeting atau semacamnya. Karyawan perlu diajarkan untuk menggunakan teknologi secara bijak, termasuk mengatur waktu layar dan menghindari multitasking yang berlebihan.
Era digital membawa perubahan besar dalam dunia kerja dengan dampak yang bervariasi pada kesejahteraan emosional karyawan. Teknologi memberikan fleksibilitas dan efisiensi tetapi juga dapat meningkatkan tekanan dan isolasi sosial. Untuk mencapai kesejahteraan emosional, perusahaan dan karyawan harus bekerja sama untuk menemukan keseimbangan yang tepat. Dengan pendekatan yang bijak, era digital dapat menjadi peluang untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan sejahtera, menjadikan teknologi sebagai alat yang memperkaya kehidupan kerja tanpa mengorbankan kesejahteraan emosional.
Untuk memastikan kesejahteraan emosional karyawan di era digital, perusahaan perlu menerapkan solusi yang bijaksana dan berkelanjutan. Pertama, perusahaan bisa menerapkan kebijakan “Right to Disconnect” yang memberi karyawan hak untuk tidak menjawab email atau pesan kerja di luar jam kerja, menjaga batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi untuk mencegah kelelahan dan mengurangi stres.
Selain itu, menyediakan pelatihan berkala tentang manajemen stres, mindfulness, dan kesejahteraan mental adalah langkah penting. Program-program ini dapat mencakup teknik relaksasi, meditasi, dan strategi untuk mengelola tekanan kerja. Mendorong penggunaan teknologi yang bijak juga sangat penting, seperti pengaturan waktu layar dan menghindari multitasking berlebihan.
Meskipun bekerja jarak jauh, perusahaan harus memfasilitasi interaksi sosial dengan mengadakan kegiatan sosial virtual seperti ‘happy hours’ online atau sesi santai untuk mengurangi rasa isolasi dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Akses ke layanan konseling atau dukungan kesehatan mental juga perlu disediakan, sehingga karyawan merasa didukung dan memiliki tempat untuk berbicara tentang masalah mereka tanpa takut akan stigma. Memberikan fleksibilitas dan otonomi dalam menentukan jadwal kerja juga dapat membantu karyawan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi dengan lebih baik.
Dengan menerapkan solusi-solusi ini, perusahaan dapat membantu karyawan menavigasi era digital dengan lebih baik, meminimalkan dampak negatif, dan memaksimalkan manfaat teknologi untuk kesejahteraan emosional dan produktivitas. (*)