FAJAR, BANTAENG-Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3 Bantaeng menggelar workshop 3D papercraft bekerja sama dengan seniman lokal. Mengusung tema “Merakit Budaya dengan Papercraft,” acara ini dihadiri oleh puluhan siswa dari berbagai jurusan, terutama Desain Komunikasi Visual (DKV).
Bertempat di Aula SMKN 3 Bantaeng pada Kamis (25/7), hadir Wakil Kepala Sekolah Ahmad Uliya, Ketua Program Desain Komunikasi Visual (DKV) Nirman, serta pemateri workshop A Syarif Hidayatullah, bersama para guru DKV.
Papercraft merupakan seni merakit kertas berdasarkan desain 3 dimensi yang dibuat menggunakan berbagai software, lalu dicetak di atas kertas. Berbeda dengan origami, papercraft memerlukan kreativitas khusus serta membutuhkan gunting dan lem untuk membentuk objek 3 dimensi sesuai dengan desain awal.
Dalam workshop ini, bentuk yang dibuat adalah karakter-karakter Papercraft Toys yang mengenakan pakaian adat dari suku-suku di Sulawesi Selatan, seperti suku Bugis, Toraja, Makassar, Mandar, dan Kajang.
Acara workshop dan pameran 3D papercraft dibuka secara resmi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Dia menekankan pentingnya keseriusan siswa dalam mengikuti kegiatan itu.
“Kami sangat berharap workshop ini bisa memotivasi para adik-adik untuk terus belajar. Kami juga berharap kegiatan serupa tidak hanya dilakukan di jurusan DKV, melainkan juga di jurusan-jurusan lain. Apalagi Pak Syarif ini adalah alumni dari sekolah kita juga,” ujarnya.
Tujuan dari workshop ini adalah melatih imajinasi siswa-siswi agar terbiasa menciptakan karya-karya kreatif dan inovatif. “Saya sangat senang sekali. Selain mendapatkan ilmu baru, saya juga bisa bertukar pikiran dan ide dengan teman-teman di sekolah, serta berkesempatan untuk berkonsultasi mengenai hasil karya yang sudah saya buat,” ujar Sasa, salah seorang peserta workshop.
Setelah mengikuti workshop ini, siswa dapat memahami tahapan pembuatan papercraft. Selain itu, mereka diharapkan mampu membuat papercraft yang dapat dijadikan merchandise atau hadiah, baik untuk wisatawan lokal maupun asing. Kegiatan workshop ini juga merupakan upaya pelestarian budaya dengan menjadikan papercraft sebagai media untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya budaya Sulawesi Selatan, di mancanegara. (*/)