Prof Rusdin bercerita dulu ketika ia dan saudara-saudaranya makan dan ada sisanya, ibunya yang bersedia siap makan karena tidak ingin mubazzir.
Atau kata dia, ketika ibunya sudah kenyang maka nasi sisa itu di berikan kepada ayam peliharannya.
“Sisa nasinya dikasih sama ayam peliharaan lalu sambil berkata, ini nasih tolak balanya anak saya (sambil sebut nama anaknya),” ucapnya dengan mata berkaca.
Selain itu, ayah dan ibunya juga selalu berpesan kalau jangan lupa tetap bersyukur dan Akguruko (berguru atau belajar). Prof Rusdin yakin jika ajaran tersebut yang membawanya bisa meraih gelar tersebut.
Dalam penelitian disebutkan jika Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki digital mindset atau pola pikir digital. Karena, era transformasi digital atau society 5.0 menuntut proses pelayanan yang cepat, tepat dan akurat.
Prof Rusdin mengatakan jik pegawai ASN diharapkan mampu memanfaatkan momentum transformasi digital ini dengan kecanggihan teknologi, untuk memberikan pelayanan terbaik yang lebih efektif dan efesien sesuai kebutuhan masyarakat.
“ASN harus bekerja secara smart shortcut, sebagai cara baru harus memanfaatkan teknologi digital. Aparat birokrasi harus lebih adaptif dan terampil dengan mengedepankan inovasi dan kreativitas,” tuturnya.
Kuncinya, adalah perubahan mindset ASN untuk mulai terbuka dengan dunia digital. Membangun digital mindset adalah dengan memaksimalkan dan memanfaatkan teknologi. Bukan hanya sekadar memahami saja.
Setelah mendapatkan gelar guru besar yang cukup lama diperjuangkan, Bahkan sudah hampir kecewa, sebab tulisannya sebagian dianggap discontinue oleh LLDIKTI Pusat.