Beberapa dasawarsa lalu, Gus Dur pernah menyinggung orang yang mendapat Gelar Doktor yang beliau sebut sebagai Doktor Honoris Causa. Dari namanya saja horor yang berkonotasi menakutkan. Hal ini dikaitkan dengan orang yang mendapatkan gelar Doktornya yang tidak jelas, seperti “Belgedes University” yang kampusnya secara variatif ada di hotel-hotel. Dengan membayar uang jutaan sampai puluhan juta orang sudah dapat gelar Doktor. Mereka yang mengidap Doktor Honoris Causa adalah para pejabat publik yang kurang pede atau orang yang identitasnya tidak jelas. Ada juga gelar Doktor Humoris Causa yang diberikan kepada orang yang memiliki tingkat kecerdasannya yang mampu menciptakan humor yang tidak hanya lucu namun dapat mencerdaskan pendengarnya. Salah satu yang pernah mendapat gelar ini adalah Gus Dur.
Adapun gelar Doktor asli biasanya mereka yang mengikuti kuliah S-3 di Perguruan Tinggi dengan penuh suka duka hingga menghasilkan disertasi. Sedang gelar Doktor Honoris Causa, walaupun mereka tidak mengikuti proses belajar di Program S-3, namun mereka dianggap telah berjasa dalam bidang tertentu, terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Itu dulu, namun sekarang gelar Doktor HC sepertinya sudah melenceng dari hierarki nilai etik dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Banyak kita saksikan dengan mudahnya orang diberikan gelar Doktor HC, tetapi jasa dan prestasinya tidak nyata di masyarakat. Hanya karena dia publik figur seolah dia layak diberikan gelar tersebut, padahal dari syarat ilmu, syarat pada pengabdian pada bangsa dan negara tidak ada. Walau tidak dipungkiri, ada juga publik figur memang layak mendapatkan Doktor HC.