“Alhamdulillah, dari sejak berangkat sampai di pemondokan ini saya selalu mendapat perhatian lebih. Bahkan saya nggak menyangka, di pesawat pun diberikan kursi kelas bisnis,” papar Aura sumringah.
Sementara itu, ketika diajak keliling Makkah oleh tim Sektor 3, Deka menyaksikan saat petugas haji yang tengah mendampinginya langsung bergerak cepat begitu mendapatkan info ada jemaah penyandang disabilitas mental (demensia) yang membutuhkan pelayanan khusus dan membutuhkan penanganan.
“Walaupun sampai kurang tidur, kami senang melayani mereka, karena mungkin di sinilah kelebihan pahala kami,” ujar petugas bernama Milda ini.
Walaupun sudah berjalan baik, Deka melihat ada sejumlah tantangan yang perlu mendapat perhatian serius untuk perbaikan penyelenggaraan haji tahun depan.
Tantangan paling utama adalah belum adanya kebijakan dan program khusus dalam pendataan jamaah haji disabilitas. Begitu juga dalam penguatan dan pengutuhan perspektif disabilitas.
Ada beragam disabilitas lain kata dia yang belum terakomodir dalam konsep dan sistem pelayanan Kemenag. Contohnya, layanan bagi penyandang disabilitas tuli.
“Tapi memang kami maklum. Makanya kami siap memberi pendampingan kepada Kemenag,” tutur komisioner KND yang tahun 2023 juga melakukan pemantauan haji ini.
Di samping itu, masih banyak titik-titik utama penyelenggaran haji yang belum ramah disabilitas. Farhan, seorang penyandang disabilitas netra yang ditemui Deka di Hotel Tara Sidqi, mengakui hal itu.
“Baik di Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram, saya belum menemukan ada guiding block. Saya belum tahu kalau di Mina dan Arafah ya,” ujar jamaah yang berhaji lewat Haji Khusus ini.