English English Indonesian Indonesian
oleh

Setitik Asa untuk Pendidikan yang Berkualitas

Tidak akan terjadi anak-anak SD diminta menulis materi dari buku cetak ke buku tulis terus dikumpul lalu dikasi nilai sama gurunya tanpa ada proses pendampingan. Seolah anak SD anak kuliahan. Sebaliknya tidak akan terjadi anak-anak usia menengah pertama dan menengah atas dibiarkan dan diperlakukan seperti anak sekolah dasar padahal seharusnya mereka sudah harus selalu diajak berpikir dan beraksi secara dewasa sesuai usia mereka. Sudah selayaknya mereka dibuatkan kegiatan-kegiatan yang merangsang pola pikir dan diharapkan mampu memberikan pengalaman berkesan sebagai bekal mereka di dunia setelah bersekolah.

Lantas apa hubungannya dengan mengetahui gaji guru?

Hari ini terlalu banyak sekolah-sekolah membayar rendah guru dan hanya fokus pada peningkatan fisik sekolah. Alokasi dana besar terserap ke pengadaan sapras dan penambahan gedung. Tidak salah, cuma ada yang lebih prioritas, gaji guru. Gaji guru tampaknya selalu termarjinalkan. Apa akibatnya? Yah selayaknya ada harga ada rasa, gaji yang minimalis membuat guru pun mengajar dengan energi dan semangat yang juga minimalis. Jika sudah seperti ini performa guru maka bisa dipastikan akan sangat berpengaruh pada kualitas mengajar guru. Siapa yang tekor, siapa yang rasakan efeknya? Yap.. anak didik. Siapa itu? Yah anak-anak kita. Padahal jika gaji guru lebih memadai paling tidak guru bisa lebih tenang mengajar, rasa untuk memberi yang terbaik pun akan muncul sebagai sebuah bentuk tanggung jawab dan apresiasi. Bahkan guru tidak akan mudah terecoki dan terperdaya dengan hadiah-hadiah di hari penerimaan raport yang sampai hari ini diakui atau tidak itu tetap dikategorikan sebagai gratifikasi yang ada UU pelarangannya.

News Feed