Oleh: Novita Maulidya Jalal, M.Psi.,Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi UNM / Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia Wilayah Sulawesi
Fenomena orang tua yang menggunakan media sosial menjadi semakin marak di era digital ini.
Para orang tua semakin banyak berbagi momen keseharian orang tua dengan anak-anaknya dan mencari dukungan serta informasi dari komunitas parenting seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Padahal, penting bagi orang tua untuk menggunakan media sosial dengan bijak, mempertimbangkan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga, dan menetapkan batasan penggunaan yang sehat agar dapat meminimalisasi dampak dari Sharenting.
Apa itu Sharenting?
Sharenting atau praktik orang tua membagikan informasi, gambar,atau video anaknya di media sosial. Meskipun tujuannya sering kali adalah untuk berbagi kebahagiaan dan momen berharga bersama keluarga dan teman, berbagi juga disertai dengan banyak kekhawatiran dan risiko.
Mengapa Orang Tua melakukan Sharenting?
Motivasi orang tua dalam melakukan praktik berbagi bisa sangat bervariasi yakni:
- Orang tua ingin berbagi kebahagiaan dan momen berharga ke jejaring sosial keluarga, sahabat, dan orang tua. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua menggunakan media sosial sebagai platform untuk mengekspresikan cinta dan kebanggaan terhadap anak-anak mereka serta untuk menciptakan dan memperkuat hubungan sosial dengan orang lain.
- Orang tua dapat berbagi informasi tentang anak-anaknya untuk mendapatkan dukungan, saran atau persetujuan dari komunitas pengasuhan anak yang lebih luas di media sosial.
- Orang tua ingin mengabadikan momen-momen penting dalam perkembangan anak, seperti keberhasilan akademis atau kegiatan khusus, dan untuk menjaga hubungan dengan anggota keluarga yang jauh secara geografis.
- Kurangnya literasi digital orang tua, belum memahami apa itu sharenting,dan merasa bahwa privasi dan hak anak sepenuhnya milik orang tua.
Apa saja Dampak Sharenting?
Meskipun insentif ini mungkin didasarkan pada niat positif untuk berbagi dan berkomunikasi, orang tua juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari sharenting terhadap privasi dan kesejahteraan anak-anak orang tua. Berbagi positif memungkinkan orang tua terhubung dengan jejaring sosial orang tua, menerima dukungan dan berbagi pengalaman mengasuh anak yang bermanfaat.
Namun, praktik ini juga dapat menimbulkan risiko privasi dan keselamatan bagi anak-anak karena informasi pribadi anak tersedia secara luas secara online. Itu sebabnya orang tua perlu berhati-hati dengan apa yang orang tua bagikan tentang anak-anaknya di media sosial, dan juga mempertimbangkan dampak jangka panjang dari berbagi informasi tersebut terhadap privasi dan kesejahteraan anak-anak.
Selanjutnya, sharenting dapat berujung kepada perilaku eksploitasi pada anak jika orang tua kurang bijak dalam berperilaku di media sosial. Hal ini dapat terjadi melalui beberapa cara, termasuk menggunakan foto atau video anak-anak untuk tujuan komersial, membagikan informasi pribadi anak-anak tanpa izin, atau memanipulasi anak-anak untuk mempromosikan produk atau layanan tertentu. Penelitian telah mengidentifikasi sejumlah risiko dan dampak negatif kekerasan terhadap anak melalui media sosial, termasuk penyalahgunaan privasi, peningkatan risiko cyberbullying atau intimidasi, dan dampak buruk terhadap kesehatan mental dan emosional anak.
Oleh karena itu, untuk melindungi anak-anak dari pelecehan, penting bagi orang tua dan wali untuk lebih menyadari risiko yang terkait dengan berbagi informasi atau gambar anak-anak di media sosial dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi privasi dan kesejahteraan orang tua. (*)