English English Indonesian Indonesian
oleh

Mimpi Miliaran Menuju Bui

Diawal tahun 2023, anak Makassar bikin geger dengan kasus pembunuhan dengan motif jual beli organ tubuh korban yang diiming-imingi bayaran miliaran melalui penawaran fiktif di Medsos. Pelaku pun bingung karena terlanjur telah membunuh korbannya sementara hasil chatnya ke calon pembeli sama sekali tak berbalas. Pelaku mungkin terinspirasi dari rumah potong hewan yang dapat menyediakan isi dalam hewan sembelihan maka pelaku pun melakukan hal yang sama tanpa sedikitpun pengetahuan bahwa jual beli organ tubuh manusia sama sekali berbeda dengan organ tubuh hewan.

Pelaku benar-benar awan bahwa transplantasi organ tubuh merupakan kewenangan mutlak para ahli medis. Itu pun tidak boleh dilakukan seorang dokter seorang diri paling ahli sekalipun, tetapi harus dalam bentuk tim dokter spesialis yang mumpuni di bidang masing-masing. Jangankan dalam proses pencangkokan, proses pengambilan organ tubuh dari pasien donor, harus dilakukan melalui prosedur dan metode full medis yang disebut dengan nefrektomi untuk pengangkatan ginjal, hepatektomi untuk liver, dll.

Pasien donor memang dapat bersumber dari orang yang sudah meninggal atau masih hidup dengan prosedur yang sangat ketat. Tim dokter harus memastikan terlebih dahulu elemen kesesuaian antara pendonor dengan penerima, sehingga keduanya harus diobservasi antara lain kecocokan usia, golongan darah, imunologi, epidemiologi, jejak rekam medis dll.

Organ tubuh yang telah diangkat dari pasien yang telah meninggal dunia atau masih hidup, harus segera ditransplantasi pada pasien penerima. Secara medis, organ tubuh yang telah diangkat memang dapat disimpan dalam cooler maksimal 4 jam. Kini, sudah ditemukan Organ Care System yaitu alat tercanggih yang dapat menyimpan organ tubuh lebih lama, namun maksimal hanya 12 jam, setelah itu jaringan dan sistem saraf organ akan mati sehingga tidak dapat ditransplantasikan.

Berdasarkan deskripsi ini, maka bagaimana pelaku dapat mengangkat sendiri organ tubuh yang akan disasar dari korbannya, apakah dia tahu ginjal, liver, jantung di mana, bolehkah organ tubuh itu diangkat dengan memotong secara serampangan? Kalaupun semua itu bisa dilakukan, bagaimana menyimpan dan mengemas organ itu, serta mengirimkan ke pembeli dengan risiko mengalami kerusakan jika lampau waktu. Risiko berikutnya adalah pencekalan kiriman oleh pihak berwajib karena merupakan objek yang harus melalui prosedur khusus, belum lagi menjadi objek penipuan yang terima barang, langsung menghilang tanpa bisa dilacak apalagi klaim.

Kita tentu tidak habis pikir, remaja yang umumnya berpikir untuk menyelesaikan studi, namun kedua pelaku justru sudah dicekoki mental kriminal yang sangat keji. Kalangan medis saja jika akan mengambil/mengangkat organ tubuh untuk transplantasi dari pasien donor yang masih hidup atau sudah meninggal, harus berdasarkan persetujuan penuh pasien donor dan keluarganya. Kalangan medis tidak boleh melakukan pengangkatan organ tubuh untuk tujuan apapun jika harus membunuh pasien donor. Entah iblis mana yang merasuki pikiran pelaku, tiba-tiba mengambil keputusan yang super bodoh hingga tega menghilangkan nyawa temannya sendiri hanya karena tergiur iming-iming jual beli organ tubuh hingga 80.000 US Dollar meski semuanya fiktif.

Mimpi tak dapat diraih, namun kini mereka harus masuk BUI untuk mempertanggungjawabkan kejahatan tengiknya. Namun, kita cukup kesal dan kecewa dengan intervensi KPAI dalam kasus tersebut lantaran cenderung mengumbar statement yang sangat menekankan pada proteksi pelaku tanpa sedikitpun menunjukkan simpati pada keluarga korban. Hati siapapun seharusnya teriris dan lebih sensitif pada korban sebagai pihak yang paling pertama dan utama untuk diberi support dan pemulihan. (*)

News Feed