“Sebelum merger, bongkar muat memang bisa berhari-hari. Sekarang, tidak lagi. Tidak ada barang logistik yang stuck atau tinggal lama di pelabuhan. Ini sangat menguntungkan, karena biaya logistik bisa ditekan,” ungkap Syaifuddin kepada FAJAR, Rabu, 15 Mei 2024.
Selain itu, kata dia, masyarakat bisa merasakan dampak nyata dari perubahan yang dilakukan SPMT. Yakni harga barang kebutuhan, akibat dari biaya logistik yang berhasil ditekan.
“Kalau biaya logistik rendah, terus harga barang menjadi tidak mahal, itu berefek pada angka inflasi yang ikut menurun. Maka perekonomian masyarakat menjadi lebih baik,” paparnya.
Pria yang akrab disapa Ipho itu, juga memuji digitalisasi yang dilakukan SPMT agar kegiatan bongkar muat menjadi lebih optimal. Diketahui, untuk mendukung proses transformasi pelabuhan, SPMT mengimplementasikan sistem operasi pelabuhan multi terminal yang terintegrasi, PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose) yang merupakan inisiatif strategis Pelindo Group.
PTOS-M merupakan platform aplikasi pendukung operasi untuk layanan kepelabuhanan pada kargo nonpetikemas yang berbasis fungsi planning and control. PTOS-M memiliki arsitektur yang terintegrasi dengan sistem-sistem lain seperti customer portal, sistem layanan kapal, dan sistem layanan keuangan. Selain terintegrasi dengan beberapa sistem, PTOS-M memiliki fitur yang memberikan kemudahan layanan seperti online booking request, operation planning, storage inventory, serta control and monitoring.
“Karena proses administrasi menggunakan aplikasi dan tidak lagi dilakukan secara manual, sehingga potensi-potensi pungli (pungutan liar) menjadi berkurang bahkan hilang. Proses bongkar muat juga berjalan 7×24 jam,” jelasnya.