Hal sama diutarakan Sekretaris Umum Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Sulsel, Bonay Syam. Dia malah menyarankan pengurangan jumlah atlet yang dikirim ke PON jika memang anggaran minim.
“Kalau memang anggaran minim, kurangi saja jumlah atletnya. Kita tidak bisa berbicara target kalau anggaran terbatas. Apalagi sampai masuk lima besar,” tegasnya.
Ketua Umum KONI Sulsel Yasir Mahmud menyatakan anggaran untuk operasional PON di Aceh-Sumut mencapai Rp17,5 miliar yang diharapkan cair sebelum September.
“Anggarannya ada Rp17,5 miliar. Dengan jumlah 408 atlet dari 43 cabor yang akan diberangkatkan, tentu saja angka itu sangat tidak cukup,” ungkapnya.
Calon legislator terpilih Partai Gerindra di DPRD Sulsel ini membandingkan dengan anggaran operasional PON Papua lalu yang mencapai Rp32 miliar. Sementara atletnya hanya 238 orang.
“Ini kebutuhan atlet dua kali lipat, anggaran malah turun. Padahal, PON kali ini harus dua kali penerbangan untuk ke Aceh. Artinya biaya lebih banyak,” beber dia.
“Ini PR (pekerjaan rumah) yang sangat berat. Tapi kalau kita bergerak bersama, maka apa yang menjadi harapan kita bisa tercapai,” jelas Yasir Mahmud.
Untuk itu, ia berharap pertemuan dengan Kadispora Sulsel Suherman menjadi jembatan solusi dari permasalahan cabor menjelang PON Aceh-Sumatera Utara.
“Kita berharap pertemuan ini bagaimana maksimalkan anggaran tersedia. Ada jalan yang bisa diberikan Kadispora. Apakah bisa dapat tambahan melalui parsial. Kalau harap perubahan pasti terlambat,” terang Yasir.