English English Indonesian Indonesian
oleh

Nasdem Ubah Peta Politik Sulsel, Pegang Kendali Poros Pilgub hingga Pilwalkot

FAJAR, MAKASSAR-Partai Nasdem mengubah peta politik di Sulsel. Sikapnya di Pilkada 2024, bisa mengubah poros pertarungan. Raihan Nasdem Sulsel pada Pemilu 2024 sangat signifikan. Tiga pertarungan Pileg, tahun 2014, Nasdem hanya mengantongi 7 kursi. Namun, pada tahun 2019, mereka naik menjadi posisi Wakil Ketua I DPRD dengan 12 kursi. Ini hanya selisih 1 kursi dari Golkar yang memimpin DPRD Sulsel dengan 13 kursi.

Pada Pemilu 2024, Nasdem mampu merebut 17 kursi di DPRD Sulsel, menggeser paradigma Sulsel sebagai lumbung suara Golkar. Partai Beringin hanya mampu meraih 14 kursi. Perolehan Nasdem ini hampir menyamai posisi Golkar pada periode 2014-2019 dengan 18 kursi. Dengan posisi ini, Nasdem bisa dengan mudah mengusung pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) karena memenuhi syarat 20 persen dari 85 kursi DPRD, yakni 17 kursi.

Pengamat Politik Unhas, Adi Suryadi Culla menjelaskan, Nasdem telah mengubah peta politik di Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan menggantikan posisi yang sebelumnya didominasi Golkar sejak orde baru. Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam peta politik.

“Itu jelas perubahan peta politik. Yang sebelumnya Golkar, sekarang Nasdem,” jelasnya saat menjadi pembicara pada dialog interaktif DPW Partai Nasdem Sulsel dengan “Nasdem Mendengar”, Sabtu, 20 April 2024 di Kantor DPW Nasdem Sulsel, Jalan Metro Tanjung Bunga Kota Makassar. Hadir juga sebagai pembicara Prof Abdul Madjid Sallatu yang dimoderatori kader Nasdem, Arum Spink.

Meskipun capaian gemilang yang ditorehkan, kata Adi Culla, Nasdem tak boleh terlena. Dia pun menggarisbawahi pentingnya karakteristik atau “habitus” dari sebuah partai politik. Termasuk pentingnya figur politik yang kuat dalam sebuah partai, baik itu di tingkat pusat maupun lokal.

“Partai kehilangan basisnya karena gagal mempertahankan habitusnya. Partai yang mampu mempertahankan habitusnya atau karakternya akan bertahan. Seperti gerakan restorasi, politik tanpa mahar. Kalau itu ditinggal atau gagal mendekati masyarakat, partai juga akan punah,” ungkapnya.

Bukan hanya itu, Adi juga menekankan betapa pentingnya kaderisasi di partai politik. Menurutnya, keberhasilan sebuah partai politik bisa diukur dari seberapa kuat kader-kadernya yang diusung di Pilkada, baik tingkatan gubernur, wali kota, dan bupati.

“Tingkat keberhasilan partai politik itu kalau kadernya yang diusung. Kalau dia tidak punya kader itu juga kegagalan partai, gagal dia membangun dan memunculkan orang,” jelasnya.

Dalam konteks Pilgub Sulsel, Adi memberikan penilaian terhadap beberapa calon potensial, baik untuk posisi cagub maupun cawagub. “Ada yang saya kasi bintang atau plus. Itu yang potensial,” bebernya.

Nama yang dia sebutkan, posisi cagub yaitu, Andi Amran Sulaiman (Menteri Pertanian), Andi Sudirman Sulaiman (petahana/eks Gubernur Sulsel), Rusdi Masse (Ketua DPW Nasdem Sulsel), dan Nurdin Halid (Wakil Ketua Umum DPP Golkar). Sementara posisi calon wagub yaitu, Adnan Purichta Ichsan (Bupati Gowa), Moh Ramdhan Pomanto (Wali Kota Makassar), Fatmawati Rusdi (eks Wakil Wali Kota Makassar), dan Indah Putri Indriani (Bupati Luwu Utara). “Semua memiliki basis kekuatan,” paparnya.

Ketua DPW Nasdem Sulsel, Rusdi Masse menjelaskan, Nasdem sampai saat ini belum menentukan usungan di Pilkada. “Kalau ditanya siapa? Siapa yang dicalonkan Nasdem? Sampai saat ini belum ada,” tegasnya. Dia pun menyebutkan, alasan “Nasdem Mendengar” untuk mendengarkan masukan dari pakar, media, pemuda, aktivis terkait kriteria calon pemimpin yang ideal untuk Sulsel maupun bupati dan wali kota.

Anggota DPR RI itu juga menjawab beredarnya flyer yang memaketkan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi, wacana Adama Jilid II, dan diliriknya figur-figur seperti Andi Iwan Aras, Mohammad Fadil Imran, termasuk dirinya yang didorong maju, dia pun kembali menegaskan, Nasdem terbuka untuk semua dan tak disyaratkan menjadi kader Nasdem.

“Dan lebih penting lagi dalam menentukan calon gubernur, calon wali kota harus di Nasdem-kan? Mau dari Golkar, akademisi pengusaha, sudah mi, jadi diri ta saja, jangan mi jadi Nasdem,” bebernya.

Bahkan, figur yang pernah menjadi kader Nasdem pun jika tertarik mengendarai Nasdem di Pilgub, RMS sebut Nasdem tetap terbuka. “Saya garis bawahi bahwa Nasdem terbuka. Siapapun boleh. Apakah yang pernah Nasdem, dia keluar Nasdem dan dia mau lagi. Itu boleh,” ungkapnya.

Ketua DPC Nasdem Makassar, Andi Rachmatika Dewi menyebutkan, menghadapi Pilwalkot Makassar, Nasdem terbuka kepada semua figur baik kader maupun non kader, begitu pun dengan figur non partai. “Akan dirapatkan teknisnya seperti apa, karena dari DPP pun belum ada petunjuk terkait dengan bagaimana pendaftaran,” ungkap anggota DPRD Sulsel ini. Terkait peluangnya maju ke Pilwalkot Makassar, Cicu sapaannya, tetap menunggu perintah partai. (ham/)

News Feed