Ikhtiar dalam mewujudkan aktor politik yang memiliki ilmu pengetahuan mumpuni, kepekaan yang responsif, rekam jejak yang baik, dan cara berpikir terhadap kebijakan publik yang progresif adalah titik mula-mula perjuangan terhadap lahirnya keadilan antargenerasi. Krisis kepercayaan terhadap aktor politik sebagai pemangku kewenangan sering kali muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan, atau proses demokrasi yang dianggap tidak berjalan secara efektif dan progresif. Sikap kita dalam merespons krisis ini akan menentukan jalan panjang demokrasi kita. Mendengarkan suara rakyat adalah hal yang tidak boleh diabaikan dan menjadi pekerjaan rumah untuk ditunaikan. Demokrasi yang sehat dan kuat memerlukan akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi yang lebih besar serta berorientasi untuk menciptakan keadilan antar generasi.
Perjuangan mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis hanyalah sekadar agenda, belum mampu dijadikan sebagai melampaui agenda, bilamana corak pikir dan perilaku belum mampu melampaui problematika yang silih berganti dari masa ke masa. Pikiran, kata-kata dan langkah-langkah jangan sampai didominasi dan dikepung oleh ketidaktahuan. Menegasikan sikap apatis terhadap ketidaktahuan adalah pembaruan pikir dan perilaku yang teraplikasi dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara.
Hilangnya sosok Negarawan
Salah satu alasan mengapa kita perlu mendorong keterampilan aktor politik dalam memahami peran penting makna negarawan, karena dengan memahami nilai-nilai tersebut aktor politik akan mampu berfokus kepada kepentingan rakyat di atas kepentingan yang lainnya. Yudi Latif menerangkan konsep pembeda antara negarawan dan juga politikus bahwa seorang negarawan memberikan jiwa raganya untuk negara, sedangkan politisi mencari sesuatu untuk jiwa raganya dari negara.