Oleh; Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin
Syawal telah tiba, kini hilal menampakkan nur 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻nya.
Menunjukkan Ramadan tahun 1445 H sudah berakhir episodenya.
Mari kita sambut hari fitri yang suci ini dengan hati penuh riang gembira. Bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya, 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 spiritual terwujud dalam bahagia.
Aneka keceriaan menjalar kemana-mana. Senyum kesakinahan merata, miskin dan kaya sama-sama bersukacita. Lagi pula, 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 Fitri bukan momentum unjuk kemewahan.
Datangnya hari 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 telah menyinari jiwa spiritual dengan kirana keriangan dan lelehan kepuasan tak terhingga.
Idul Fitri disebut Hari Raya 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 spiritual, karena sukses mengendalikan hawa nafsu selama sebulan menunaikan ibadah puasa Ramadhan.
Idul Fitri bukan seperti turnamen
cabang olahraga selebriti atau kompetisi lomba yang 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻nya harus dirayakan dengan euforia dan penuh kebanggaan.
𝗞𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 Idul Fitri merupakan 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 umat Islam yang berhasil meraih kematangan spiritual dan sosial setelah mengikuti
bulan training center (TC) untuk menguji dan melatih kesabaran.
Syahdan, 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 spiritual hati menjadi bagian penting dari pesan adiwarna Idul Fitri. Dalam konteks ini, 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 spiritual di hari Fitri ini merujuk pada pencapaian puncak dalam ibadah selama bulan Ramadan.
Melalui puasa, ibadah sunnah, dan peningkatan ibadah lainnya, umat Muslim meraih 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 spiritual dalam mengatasi godaan dan cobaan yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar.
𝗞𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 sejati ini pulalah dinamai 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 serebral kesalehan individualitas (ketaatan ritual), yaitu lebih menekankan dan mementingkan pelaksanaan ibadah seremonial.
Sungguh kemuliaan yang layak dijunjung tinggi, 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 puncak spiritual di hari Fitri ini.