Bagaimana proses batin kepercayaan itu bisa terjadi? Ujian kepercayaan! Tidak ada kepercayaan yang lahir begitu saja. Kepercayaan tidak lahir dari kata-kata, misalnya kalimat: “percayalah saya, sayang.” Itu bukan kepercayaan tapi rayuan. Kepercayaan juga tidak lahir dari bahasa tubuh, misalnya: kedipan mata, gerakan tangan, atau bungkukan tubuh.
Kepercayaan lahir dari terujinya orang itu pada jalan yang bisa menggelincirkannya menjadi orang khianat. Seorang majikan sengaja menaruh uang 100 ribu di celananya yang akan dicuci, untuk menguji kejujuran asisten rumah tangganya. Itu adalah cara menguji bahwa asisten itu layak dipercaya pada aspek kejujuran, karena di situ ada ruang untuk tergelincir.
Seorang dosen menyuruh asisten barunya untuk datang ke rumahnya di subuh hari, hujan keras, petir mengintai, dan gelap gulita karena mati lampu. Itu caranya dosen untuk memastikan bahwa apakah ada jaminan loyalitas asistennya itu. Jadi dia ingin masuk pada rasa percaya melalui ujian loyalitas. Sekali lagi, di situ ada jebakan untuk menggelincirkan seseorang.
Karenanya, ujian kepercayaan itu menjadi penentu seseorang bisa dipercaya atau tidak. Jadi kalau ada wawancara untuk menguji kepercayaan Anda, itu bukan ujian kepercayaan yang sesungguhnya. Itu hanya mencari potensi untuk mengetahui apakah si calon ada peluang untuk dipercaya. Hasilnya bisa “fifty-fifty”, 30 untuk mempercayai hasilnya, 70 untuk tingkat kesalahannya. Saya berhenti sampai di sini, khawatir Anda mulai kurang percaya dengan kata-kata saya. (18/*)