Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
Saya kembali “bernyanyi” tentang modal sosial. Ada satu modal hidup untuk memperkuat keteguhan, kepercayaan (Trust). Fungsi-fungsi sosial bisa bergulir dari kepercayaan. Orang bisa bersama karena saling percaya. Sebenarnya sebuah kelompok yang bubar juga karena percaya bahwa mereka sudah tidak saling mempercayai. Mari kita melihat bagaimana kepercayaan itu berkelindan dalam diri.
Pernahkah Anda sebagai ayah menimang-nimang anaknya waktu masih bayi, sesekali Anda melemparnya ke udara? Apa yang terjadi dengan bayi itu? Ketawa cengengesan. Bayi itu ketawa cengengesan karena instingnya bekerja bahwa ayah yang melemparnya akan menangkapnya kembali.
Betul, tidak pernah kita melihat pemandangan seorang ayah melempar bayinya ke atas lalu melepas tangannya dan membiarkannya jatuh ke bawah. Kecuali mungkin kalau ayah itu terganggu kewarasannya.
Ilustrasi di atas adalah penggambaran tentang bagaimana kepercayaan itu bekerja. Orang yang mempercayai seseorang memiliki proses batin yang sangat dalam kepada yang dipercayainya, yang orang Inggris sering sebut “trustworthy.” Apa yang dilakukan oleh seseorang yang mempercayai orang lain? “Saya menerima apa adanya dirimu.” Begitulah bahasa romantisnya. Masa anda tidak tahu, sejak muda sudah mengucapkannya.
Jadi ketika orang diterima apa adanya dirinya, orang itu sudah sangat dipercaya karena dia sudah menjadi “telanjang” bagi yang mempercayainya. Tidak ada lagi yang tersembunyi yang bisa menghalangi tingkat kepercayaanya.