“Badan-badan PBB menceritakan kisah-kisah mengerikan tentang penderitaan di Gaza. Lebih dari 30.000 terbunuh. Lebih dari dua juta orang kelaparan. Fakta-fakta ini mempermalukan dunia,” tulisnya di X.
“Senjata harus berhenti mengalir ke Israel. Israel harus dipaksa untuk mengakhiri bencana ini. Inilah yang dituntut oleh hukum internasional, nilai-nilai kemanusiaan,” tambahnya.
Mantan menteri keuangan Yunani, Yanis Varoufakis tak kalah pedas. Pendiri partai politik Yunani MeRA25 itu menyebut Biden sebagai penjahat perang.
“Pada tahun 2001, [Presiden Rusia Vladimir] Putin mendapat label penjahat perang atas Chechnya. Pada tahun 2003, Bush-Blair adalah penjahat perang Irak. Selama enam bulan terakhir, Biden terlibat dalam kejahatan perang Israel. Saat ini, dengan pelepasan senjata terbaru ini, Biden juga telah menjadi penjahat perang,” katanya dalam sebuah postingan di X.
Dalam postingan di X, Kenneth Roth, mantan direktur eksekutif Human Rights Watch, turut mengecam AS.
“Biden mengirimkan 1.800 bom MK84 seberat 2.000 pon kepada Israel. Ini adalah bom-bom besar yang telah berulang kali digunakan Israel meskipun sama sekali tidak cocok untuk wilayah berpenduduk padat seperti Gaza karena bom-bom tersebut diperkirakan akan membunuh, membakar, dan menghancurkan wilayah yang sangat luas,” katanya.
Sarah Leah Whitson, direktur eksekutif organisasi hak asasi manusia yang berfokus pada Timur Tengah DAWN, menyebut Presiden Biden “bermuka dua”.
Ia menegaskan, bahwa meskipun Biden mengkritik Israel atas kekejaman yang mereka lakukan di Gaza, namun dia sjuga menghadiahi mereka atas perjuangan kotor mereka dengan miliaran senjata yang paling mematikan.