English English Indonesian Indonesian
oleh

Refleksi Ramadan: Sekilas tentang Khazanah Kebangkitan-Kelesuan Intelektual Islam

Al-Qur’an, bisa berhasil, bisa berfungsi dengan baik, bila kita bisa menangkap pesannya secara total. Secara utuh. Bukan pesan-pesan Al-Qur’an sebagian demi sebagian, sepotong demi sepotong. Al-Qur’an itu, bisa diibaratkan sebuah harta karun yang terpendam di seluruh perut bumi. Kita tahu bahwa Al-Quran ada dan terpendam selama ini. Kita memendamnya. Kita tidak memiliki keinginan untuk menggalinya, mengangkatnya ke permukaan dan menggunakannya sebagaimana mestinya, digunakan untuk dunia-akhirat.

Tapi Muslim taat yang alim, membaca Al-Qur’an seolah untuk mendapatkan pahala, membaca Al-Qur’an untuk tujuan akhirat. Contohnya di bulan ramadan sekarang, kita berlomba-lomba untuk khatam, siapa yang paling banyak membacanya itulah yang paling banyak pahalanya. Tapi orang hanya membaca, tanpa tahu makna, tanpa rasa, tanpa jiwa, tanpa apa-apa. Orang membaca kata, lafaz, baris, halaman, tanpa mendapatkan satu maknapun. Padahal, bila betul apa yang dikatakan bahwa bila pemahaman yang mendalam Al-Qur’an itu menggetarkan, dengan penghayatan, dengan rasa kagum, dengan keagungan, dengan tulus, itu ada perasaan haru saat membacanya.

Itu bukan hanya karena Al-Qur’an kitab suci, tapi lafaz dan artinya seperti membaca puisi, padat arti, padat makna, tidak ada satu kekosongan pun. Seharusnya Al-Qur’an dibaca bukan hanya mengejar pahala, balasan, tapi Al-Qur’an seharusnya dibaca sebagaimana mestinya dibaca, penuh penghayatan, meruntuhkan jiwa, mengisi kekosongan, penuh haru-biru, menghaluskan batin, begitulah Al-Qur’an seharusnya dibaca dan dihayati, dimaknai, dikaji, didalami, sehingga Al-Qur’an dapat difungsikan sebagaimana fungsinya. Dengan begitu, barulah Al-Qur’an dapat memfungsikan dirinya, kekuatannya, kemukjizatannya, keagungannya. Al-Qur’an, warisan yang isinya penuh rahasia, memendam rahasia beribu rahasia, yang akan dijelaskan lebih lanjut.

News Feed